Selasa, 10 Januari 2012

Mengatasi Kebosanan........

"

Sebuah cara yang logis untuk mengatasi perasaan bosan atau bete adalah dengan mencari sesuatu yang menggairahkan untuk di lakukan.

Kebosanan atau perasaan bosan terhadap sesuatu hal meskipun sepele tapi bisa juga berdampak serius, yang mengakibatkan terbengkalai-nya hal-hal yang mestinya di selesaikan.

Berikut sebuah cerita bijak sebagai bahan inspirasi dan motivasi :


Seorang tua yang bijak ditanya oleh tamunya.

Tamu :"Sebenarnya apa itu perasaan 'bosan', pak tua?"

Pak Tua :
"Bosan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu."

Tamu :"Kenapa kita merasa bosan?"

Pak Tua :"Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki."

Tamu :"Bagaimana menghilangkan kebosanan?"

Pak Tua : "Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya."

Tamu :"Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?"

Pak Tua: "Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?"

Tamu :"Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua."

Pak Tua : "Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang."

Tamu: "Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?"

Pak Tua : "Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil jongkok atau berbaring. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan-jalan atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan tangan kanan, cobalah dengan tangan kiri atau dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya."

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.

Tamu : "Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?"

Pak Tua :"Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan."

Tamu :"Contohnya? "

Pak Tua :"Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu."

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.

Tamu :

"Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain
sepuas-puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaibanpun terjadi.
Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya anggap membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?"

Sambil tersenyum Pak Tua berkata:

"Karena segala sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil agar pikiranmu menjadi ceria. Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan. Segala sesuatu berasal dari pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria.

Minggu, 01 Januari 2012

Friederich Wilhelm August Fröbel

A. Riwayat Hidup
Friederich Wilhelm August Fröbel (1782-1852) yang dikenal sebagai bapak Taman Kanak-kanak, menekankan pada perlunya metode ekspresi motorik dan aktivitas diri pada anak-anak. Karena itu pada awal anak memasuki dunia pendidikan, perlu diciptakan dan dikelola lingkungan yang sesuai untuk anak-anak agar mereka mampu bermain, menyanyi, menggambar, berkarya, dan sebagainya. Pendidikan harus berlangsung dengan memperhatikan harga diri peserta didik, serta dengan memberikan keteladanan mengenai nilai-nilai luhur yang perlu dijunjung. Semua itu bermuara pada tujuan moral, sosial dan pendidikan (Thompson, 1962; Ornstein, 1981).
Friedrich Froebel (atau Froebel; lahir di Oberweißbach, Saalfeld-Rudolstadt,Thüringen, Jerman, 21 April 1782 – meninggal di Schweina, Wartburgkreis, Thüringen, Jerman, 21 Juni 1852 pada umur 70 tahun) adalah salah satu tokoh pendidikan yang karya dan pemikirannya masih dijadikan acuan bagi dunia pendidikan modern hingga saat ini.[1] Froebel adalah seorang tokoh pendidik raksasa yang pemikirannya banyak dipengaruhi oleh sejumlah pemikir Jermanyang ternama dan berpengaruh pada akhir abad 18 dan awal abad 19, diantaranya Johann Friederich Herbart (1776-1831)
1. 21 April 1782 — Friederich Wilhelm August Froebel dilahirkan di Oberweissbach, Jerman, sebagai anak bungsu dari enam bersaudara.[1] Ayahnya, pendeta Johann Jakob Froebel melayani enam desa di daerah tersebut. Ibunya meninggal pada saat ia berumur sembilan bulan.
2. 1792 — Paman dari pihak ibunya yang bernama Johann Cristoph Hoffmann yang melayani diStadt-Ilm, mengambil Froebel muda yang baru berusia sepuluh tahun dan memeliharanya selama 5 tahun. Bersama pamannya Froebel muda merasakan kasih dan penghargaan sebagai seorang anak.
3. 1797 — Pada musim panas tahun 1797, Froebel pindah ke Hirschberg dekat perbatasan keBavaria dan belajar tentang perhutanan, penilaian, land surveying serta geometri.
4. 1800 — Froebel belajar di Universitas Jena
5. 10 Februari 1802 — Ayah Froebel, Pendeta Johann Jakob Froebel meninggal, pada saat itu Froebel muda bekerja sebagai rimbawan (forester).
6. 1804 — Froebel belajar arsitektur di Universitas Frankfurt.
7. 1805 — Froebel mulai mengajar di sekolah milik Anton Gruner di Frankfurt
8. 1807 — Ia menuliskan sebuah surat kepada kakaknya, ia menjelaskan tentang cita-citanya untuk membangun sebuah sekolah: "Not to be announced with trumpet tongue to the world, but to win for itself in a small circle, perhaps only among the parents whose children should be entrusted to his care, the name of a happy family institution"
9. 1808—1810 — Froebel mengunjungi sekolah Pestalozzi di Yverdun dan menyerap hal-hal yang diamatinya di sana diantaranya : lingkungan sekolah yang lebih permisif, menekankan pada alam, obyek-obyek pelajaran.
10. 1813—1814 — Froebel bergabung dengan pasukan sukarela bagi angkatan bersenjata Prusia di Ludzow dan bertemu dengan dua orang muda yang kemudia menjadi sahabat dan rekan yang mendukungnya dalam dunia pendidikan yaitu : Langenthal dan Middendorf.
11. 1817 — Ia mendirikan sekolah di Keilhau
12. 1826 — Ia menerbitkan bukunya yang pertama yang berjudul “The education of man” dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun1885. Ia juga menciptakan 500 kotak kubus kayu yang kemudian dipakainya dalam pendidikan taman kanak-kanak.
13. 1831 — Froebel diundang ke Switzerland untuk membuka sekolah dan ia tinggal di sana selama 5 tahun.
14. 1837 — Setelah tinggal sebentar di Berlin, Froebel pindah ke Blankenburg dan membuka pendidikan pra sekolah. Ia mebuat konsep tentang kotak kubus (gifts), permainan-permainan, lagu-lagu, cerita, kerajinan tangan, sebagai sarana belajar bagi anak-anak pra sekolah.
15. 28 Juni 1840 — Froebel membuka sekolah taman kanak-kanak yang pertama – ditandai dengan adanya sebidang tanah di lingkungan sekolah yang dipakai sebagai tempat anak-anak bercocok tanam dan memelihara tanaman.
16. 1847 — 7 sekolah taman kanak-kanak dibuka di Jerman
17. 1848 — 40 buah sekolah taman kanak-kanak dibuka di seluruh Jerman
18. 1849 — Dimulai adanya pelatihan bagi guru taman kanak-kanak
19. 21 Juni 1852 — Froebel meninggal dunia.

B. Dasar Teologi
Dasar teologi Fröbel sangat berbeda dengan para teolog seperti Martin Luther atauYohanes Calvin yang mendasarkan pandangannya atas Alkitab.[1] Mungkin karena itu juga Fröbel tidak bisa sepenuhnya disebut teolog.[1]
Ia mendasarkan pandangan teologinya pada alam. Fröbel menekankan hubungan antara kutub kecerdasan dan kutub alam. Menurut dia, alam senantiasa berupaya atau berubah untuk mencapai kecerdasannya atau alam terus menerus mengalami perubahan atau perkembangan untuk menuju ke bentuk sempurna. Selain itu, Fröbel juga mengatakan bahwa alam itu menggambarkan Allah atau bisa dikatakan bahwa roh Allah diserap oleh setiap ciptaan-Nya.
Pengertian Teologis tentang Manusia
Menurut Fröbel, manusia merupakan pengejawantahan dari Roh Allah dan setiap orang layaknya diperlakukan sebagaimana orang tersebut merupakan pengejawantahan dari Allah. Menurut Fröbel, pengejawantahan ini berhubungan dengan semua ciptaan lain karena Roh Allah itu meresap dalam semua ciptaannya. Fröbel juga mengatakan bahwa tujuan akhir dari manusia sebagai anak Allah dan alam ialah untuk mengejawantahkan Roh Allah secara harmonis dan menyatu.
C. Tabiat Manusia
Fröbel menolak pandangan dari ajaran ortodoks yang mengatakan bahwa manusia itu pada dasarnya jahat. Fröbel mengatakan bahwa apabila kita mengatakan bahwa manusia itu pada dasarnya jahat maka dengan kata lain kita sudah menghina Allah. Oleh karena itu, Fröbel menolak dosa asal. Menurut Fröbel, manusia itu mempunyai sifat yang baik hanya saja sifat tersebut masih tertanam dalam diri manusia tersebut dan untuk mengeluarkan sifat baik tersebut kita baik sebagai pembimbing harus dengan sabar mencari dan menemukan sifat baik tersebut. Hal ini juga dikaitkan dengan keadaan sosial dalam masyarakat, Fröbel mengatakan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk memperbaiki keadaan masyarakat.
D. Tugas Manusia
Menurut Fröbel, tugas utama manusia bukanlah membongkar apa yang telah ada tetapi membangun apa yang telah ada, karena hal itu menuntut pemikiran yang kreatif begitu pula dengan anak. Fröbel mengatakan bahwa anak haruslah dilatih untuk menyusun sesuatu karena dengan menyusun maka kegiatan berpikir dari seorang anak sedang berkembang dan di dalam kegiatan berpikir itu muncul kreatifitas. Bagi Fröbel, titik berat pendidikan bagi anak berada pada usia bersekolah di bawah kelas Sekolah Menengah Pertama.
E. Asas-Asas Pendidikan
Melalui pengalamannya sebagai guru sekolah dasar selama bertahun-tahun, Fröbel mengemukakan beberapa asas yang dianggap bermakna untuk pelbagai tahap pendidikan. Fröbel mendasarkan pandangannya tentang pendidikan atas dua dasar, dasar teologi dan dasar psikologi. Ia beranggapan bahwa manusia terdiri dari dua unsur tersebut.[1] Fröbel mengatakan bahwa apabila pendidikan terlalu menekankan salah satu sisi baik itu sisi rohani maupun sisi kecerdasan maka akan timpang atau berat sebelah.[1] Oleh karena itu, Fröbel berpendapat bahwa pendidikan itu haruslah menekankan kedua sisi tersebut.
1. Pendidikan sebagai pengalaman rohani
Pendidikan adalah pengalaman rohani yang mengantar anak didik bertindak sesuai dengan jati dirinya sebagai makhluk yang belum lengkap, sebelum ia mengakui kesatuannya dengan Allah. Fröbel memeriksa dunia alam dengan seksama sebagaimana diwakili oleh sebuah kristal, ia melihat tanda tentang perubahan dan perkembangan. Di dalamnya tampaklah kesatuan, kekhasan dan keanekaragaman. Pendidikanterdiri dari pelayanan yang mengantar manusia (yakni seorang makhluk yang cerdas, yang berpikir dan semakin sadar akan dirinya) sedemikian rupa sehingga hukum batin dari Kesatuan Ilahi dapat dihayati dan diamalkan secara murni, tidak bercacat dan bebas. Pendidikan yang dimaksudkan itu akan memperlengkapi manusia dengan semua peralatan dan sarana yang ia perlukan untuk mencapai tujuan mulia tersebut. Asas pokok lain bertitik-tolak dari asas mutlak ini.


2. Asas Perkembangan
Berbeda dengan teori evolusi Darwin, Fröbel hanya bermaksud menunjuk pada perubahan dalam semua makhluk sebagai hasil kekuatanbatin yang mendorong setiap makhluk itu untuk mencapai kemungkinan rohani yang terdapat di dalamnya. Fröbel menulis satu hukum yang menentukan bagaimana setiap makhluk akan berkembang dan menjadi sempurna, dan yang tetap berlaku secara mutlak di mana saja sebagai hubungan yang wajar antara ciptaan dan pencipta, serta ia mampu menerapkannya di bidang pendidikan. Satu hal penting yang dikemukakan Fröbel adalah perkembangan menyempurnakan apa yang sudah ada dalam diri pelajar daripada menambahkan sesuatu yang tidak ada. Ada empat pola perkembangan yang tampak dalam pendidikan:
a. Benih yang kelak menghasilkan kedewasaan yang sudah ada dalam diri anak. Jadi pendidik perlu mengembangkan bakat yang tersembunyi dalam gen setiap anak. Tidak ada apa-apa yan dimasukkan dari luar, semua usaha pedagogis diarahkan menuju penyemppurnaan kemampuan yang sudah ada dalam bentuk potensi. Gagasan ini serupa dengan mazhab ilmu hayat yang dipimpin oleh Oken, yang mengatakan bahwa setiap bibit mengandung seluruh tanaman dalam bentuk kecil, termasuk akar, tangkai, dan daun. Begitu pula dalam embrio sudah ada seluruh binatang.
b. Hubungan dari bagian dengan keutuhan (Gliedganzes), dalam arti guru memperhatikan anak sebagai pribadi yang unik namun perlu memperoleh tempat yang sehat dalam kelompok. Hal ini dikemukakan Fröbel sebab ia melihat dalam dunia alam setiap satuan berhubungan dengan sesuatu yang lebih utuh lagi, tidak ada apa-apa yang sama sekali terpisah dari sesuatu yang lain. Prosespertumbuhan itu mencakup cara menghubungkan perseorangan (Glied) dengan kelompok (Ganze), dan setiap kelompok berhubungan dengan sauna yang lebih luas lagi. Ia menganjurkan bagaimana pendidikan dapat turut memasyarakatkan anak, misalnya: dengan mencat garis lingkaran pada lantai ruang kelas, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kebersamaan dalam setiap anak. Walaupun Fröbel menekankan pertumbuhan anak dalam kelompok, ia juga menghendaki setiap bagian (individu) ikut memprakarsai sesuatu yang khas juga. Sumbangan khas dari tiap bagian akan memperkaya kehidupan bagian yang utuh (kelompok) juga.
c. Yang batiniah didorong menjadi lahiriah, dalam arti mendidik itu mencakup usaha untuk menolong anak menyampaikan pikiran, perasaan, kekuatan jasmani dan imannya yang telah ada secara batin, agar menjadi kelihatan (lahiriah) berupa buah nalar yaitupikiran, perasaan dalam bentuk seni, kekuatan jasmani melalui pelbagai ketrampilan, dan iman melalui tindakan bermoral dan pelayanan terhadap sesama manusia.
d. Asas perlawanan, tampak dalam alam dan menyoroti gaya hidup dinamis dan tidak statis. Hukum Frobel adalah asas dinamis yang mencakup tiga pokok, yakni aksi, reaksi, dan seimbangan. Oleh karena itu, penerapannya lebih luas daripada proses yang mencakuptesis, antitesis, dan sintesis. Menurut Fröbel, alam dunia bukanlah pikiran atau gagasan murni, sebagaimana yang diajarkan Hegeldan juga bukanlah kekuatan jasmani, sebagaimana diajarkan oleh kaum materalis.[1] Alam dunia adalah organism rohani yang mewujudnyatakan diri, baik dalam kekuatan yang tampak dalam dunia jasmani, maupun dalam pikiran dunia nalar.
3. Penyampaian Arti melalui bahasa lambang (simbol)
Fröbel meninjau bagaimana anak memanfaatkan benda tertentu, berupa obyek seperti bola, kubus, tulisan, lagu, gambar, karena simbol tersebut mencerminkan intisari ilahi dari dunia ini termasuk manusia. Satu hal yang ingin ditekankan Fröbel adalah memanfaatkan simbolisme dalam teori dan praktik pendidikan. Alat peraga dan tugas belajar yang dikembangkan oleh Fröbel berporos pada simbol, karena ia yakin bahwa dalam nalar anak telah ada permulan gagasan tentang hal tertentu, walaupun ia belum sadar akan gagasan itu, sebab telah ada hubungan dasariah dalam nalar anak tentang simbol dan kenyataan yang dilambangkan. Di bawah bimbingan belajar, sang anak akan ditolong untuk memilih simbol yang paling sesuai dengan perasaan atau gagasan yang hanya dapat disampaikan melalui simbol tertentu. Hal ini sesuai dengan praduganya bahwa segala sesuatu di dalam alam mengejawantahkan kekuatan yang universal dengan intinya yang rohani.
4. Belajar dengan Berbuat
Hal ini dapat dilakukan dengan membangun tugas belajar swakaji (aktivitas) berarti bahwa anak didik bukanlah bejana pasif yang menerima apa saja dari susu, melainkan ia adalah seorang yang langsung ambil bagian dalam pendidikannya sesuai dengan asas yang dikemukakan oleh John Amos Comenius. Semboyan “belajar dengan bermain” memuat pesan bahwa anak perlu berefleksi atas kegiatan tersebut dalam terang perasaannya.
Ada lima bentuk swakaji:
a. Bermain, mencakup pemberian (gift) dan kerajinan tangan di samping tugas belajar yang dipilih, karena anak menikmatinya. Melalui bermain Fröbel, melatih kekuatan dan ketrampilan jasmani yang dinikmati anak. Latihan melalui gerak badan cenderung berporos pada pengungkapan gagasan dan perasaan anak secara bebas. Pendidikan ini yang menjadi dasar pendidikan taman kanak-kanak.
b. Menyanyi, merupakan cara pokok untuk belajar.
c. Menggambar, melalui menggambar anak sedang mengungkapkan gagasannya secara kelihatan dan lisan.
d. Memelihara tanaman atau binatang kecil dan ber anjangsana.
e. Kesinambungan, dalam arti guru mengembangkan tugas belajar baru yang sesuai dengan pengalaman belajar sebelumnya.
5. Praktek Pendidikan
Di atas sudah dijelaskan beberapa hal penting yang menurut Froebel harus diperhatikan dalam bidang pendidikan. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai Tujuan umum pendidikan, kurikulum yang ia bagi menjadi tiga, yaitu kurikulum untuk ibu, kurikulum untuk taman kanak-kanak dan kurikulum untuk sekolah dasar, lalu dijelaskan pula mengenai metodologi, peranan guru dan hubungan sekolah dan keluarga.
a. Tujuan umum
Froebel merumuskan tujuan umum pendidikan adalah : membimbing anak didik untuk semakin sadar akan jati diri sebagai anak Allah dan anak alam, bertumbuh dalam pengetahuan dan pengertian, juga menghargai perasaannya sebagai cara mengetahui yang berlaku, supaya ia dapat memecahkan masalah-masalah secara tangkas, bermoral dan adil terhadap diri sendiri, sesamanya dan dunia alam, serta memenuhi panggilannya dalam masyarakat. Semua itu dilaksanakan berdasarkan kehormatan terhadap bakat setiap pelajar dan keinginannya untuk memprakarsai pelajarannya.
Dengan kata lain, tujuan pendidikan menurut Froebel adalah untuk mendorong dan membimbing manusia sebagai sadar, berpikir dan memahami menjadi sedemikian rupa sehingga ia menjadi representasi murni dan sempurna itu hukum batin ilahi melalui pilihan pribadinya sendiri; pendidikan harus menunjukkan kepadanya cara dan makna mencapai tujuan tersebut. [3]
Beberapa hal penting yang dicacat disini :
1) Tujuan pendidikan Froebel relevan dengan tujuan Pendidikan Kristiani
2) Froebel tidak menyarankan untuk mendorong anak-anak belajar menghafalkan simbol iman (katekismus, pengakuan iman dll) karena ada bahayanya dikemudian hari apabila tidak diikuti dengan teladan dalam praktik kehidupan sehari-hari.
3) Intisari agama Kristen perlu meresap (infuse) secara wajar ke dalam seluruh pengalaman belajar, seperti : membaca, menulis dan menghitung. Tidak ada usaha untuk mendorong anak mengucapkan apa saja gagasan dan perasaan “rohani” yang bukan miliknya.
b. Kurikulum
Froebel membagi tahapan kurikulumnya untuk empat golongan/ kelompok usia, yakni anak pra sekolah, taman kanak-kanak, anak kecil dan anak tanggung.
1) Pra sekolah
Ada banyak petunjuk yang mengatakan bahwa karya-karya tulis Foebel tentang kurikulum dapat dimanfaatkan oleh para ibu untuk mendidik anak pra sekolah. Tetapi disini ada 4 pelajaran yang akan kita coba bahas dalam bukunya : Mottoes and Commenteries of Frobel’s Mother play. Dalam buku tersebut, setiap bab terdiri dari selembar lukisan dari ukiran kayu, sajak pendek dan penafsiran atas lukisan tersebut. Lukisannya berupa seorang anak pra sekolah yang terlibat dalam berbagai kegiatan sesuai asas swakaji, seperti : Dalam sajak berjudul “Si anak Laki-laki dan Bulan Purnama”. Sajak ini mendorong para ibu agar jangan memberikan jawaban yang salah atas pertanyaan dan keingintahuan anak, tetapi memberikan jawaban yang bijaksana, jujur dan mempunyai bibit pikiran yang dapat berkembang menjadi pemahaman ilmiah dikemudian hari. Dalam bab yang berjudul “Kerugian”. Melalui penggambaran keadaan yang sedemikian rupa Froebel menolong para ibu untuk menjelaskan kepada anak pra sekolah mengenai bertindak hati-hati, waspada dan tidak mudah tergoda.
Pelajaran berjudul “Si Kecil sebagai Tukang Kebun”. Melalui kegiatan yang bermanfaat seperti berkebun, anak dapat dilatih untuk bertindak secara bertanggung jawab. Disini Froebel menekankan pada melibatkan anak pada suatu proses pembelajaran melalui kegiatan dan pengalaman. Pelajaran mengenai “Beribadah di Gereja”. Melalui permainan, anak memasuki diperkenalkan kepada hal-hal/konsep rohani tetapi bukan dengan penjelasan definitif dan sulit bagi pemikiran anak pra sekolah melainkan melalui ungkapan perasaan dan gerak tubuh (ekspresi) iman sang ibu yang terlihat oleh anak. Melalui buku dan karyanya, Froebel menolong para ibu untuk ‘mendidik’ anak usia pra sekolah dengan memakai lukisan/gambar, sajak, cerita atau gerak tubuh sehingga anak memperoleh suasana belajar yang menyenangkan sambil mempersiapkan bagi pengalaman belajar yang lebih teratur dikemudian hari.
2) Masa Kanak-kanak (Taman Kanak-kanak)
Kurikulumnya pertama adalah pelbagai peristiwa dan pekerjaan sehari-hari yang terjadi dalam keluarga. Tetapi bagi anak kecil, Froebel merencanakan kurikulum yang paling teratur, yang terdiri dari pemberian dan ketrampilan (kerajinan tangan), permainan yang berporos pada nyanyian yang diiringi dengan gerak badan sesuai dengan syair dan lagunya, pemeliharaan tanaman dan anjangsana.
Pemberian (Gifts) terdiri dari 6 pemberian berupa sebuah kotak kayu yang didalamnya terdapat bermacam-macam barang yang akan menolong anak untuk secara bertahap belajar, mulai dari hal-hal yang sederhana sampai kepada yang makin konpleks.
a) Gift 1 – kotak kayu berisi 6 bola dari benang wol berwrna, merah, kuning, biru, jingga, hijau dan ungu, enam buah jarum, sepotong belebas kayu pendek yang sudah dilubangi anak belajar tentang konsep warna (dasar dan sekunder) dan belajar ‘melakukan sesuatu” dengan benda-benda tersebut.
b) Gift 2 – Sama dengan gift sebelumnya tetapi benang wol diganti dengan benda-benda yang bentuknya berbeda-beda, ada silinder, kubus dan bola. Anak belajar sifat khas setiap benda dan cara memanfaatkannya secara kreatif melalui bermain yang terpimpin bersama guru.
c) Gift 3 – terdiri dari 8 kotak kubus yang sama besarnya yang membentuk sebuah kotak kubus yang besar. anak belajar menghitung, belajar tentang hubungan antara bagian dan keseluruhan.
d) Gift 4 – Sebuah kotak yang terbangun dari 4 balok persegi panjang, 2 kubus yang sama besar, empat balok persegi empat anak belajar walaupun benda-benda tersebut tidak sama bentuk dan ukurannya tetapi dapat membentuk satu kesatuan yaitu kubus yang besar.
e) Gift 5 – Bentuk kubus masih ada tetapi kali ini bentuknya lebih majemuk, terdiri dari kubus, kubus yang dipotong menjadi dua agar membentuk dua buah segitiga, kubus lain yang dipotong membentuk 4 segitiga anak belajar tentang hubungan-hubungan yang semakin sulit dan kompleks.
f) Gift 6 – Kotak berbentuk kubus tetapi bagian-bagiannya tidak lagi kubus atau bagian-bagain yang dapat dijadikan kubus menuntut pemahaman dan ketrampilan anak.
Kerajinan Tangan – pengalaman belajar yang berporos pada penggunaan bahan yang dapat digunting, dilipat, dicat semua bahan yang dapat dibentuk kembali menurut kehendak anak dan dibimbing oleh guru. Tujuannya mempersiapkan anak untuk tugas dikemudian hari, memakai dan memanfaatkan peralatan serta perkakas yang ada. Disini sebenarnya Froebel juga telah menaruh perhatian pada pendidikan kejuruan.
Nyanyian yang diiringi gerak badan – secara bersama melalui permainan, nyanyian dan gerakan badan anak memperoleh pengalaman yang menyenangkan secara pribadi tetapi juga belajar mempunyai sikap sosial yang selaras dan bagaimana bekerja sama dalam kelompok. Pemeliharaan Tanaman (atau bianatang kecil) dan Anjangsana. anak diajar untuk mengamati, memperdalam pengetahuannya, memelihara dan bertanggung jawab melalui pengalamannya.
3) Masa Anak Tanggung (Sekolah Dasar)
Kurikulumnya terdiri dari empat pelajaran utama : agama, ilmu pengetahuan alam dan matematika, bahasa dan seni, serta karya seni. Agama – menurut Froebel, pengalaman agama terlampau penting untuk untuk dihafalakan saja, oleh karena itu ia tidak mau mengajarkan isi katekismus tetapi ia memaberikan empat pengalaman yang tergolong dalam vak pendidikan agama : nyanyian rohani dan doa perbendaharaan gereja, peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus, tabiat Allah yang dinyatakan dalam segala ciptaanNya, serta bimbingan yang menolong anak didik menang atas kesulitan. Di sini Froebel membuka pikiran kita bahwa pendidikan agama bukan hanya sekedar pengetahuan tentang agama kita sendiri tetapi sebuah pemahaman yang bertumbuh sejalan dengan proses kehidupan. Bahkan melaluinya anak diajar untuk merasakan kehadiran Allah dan melibatkanNya dalam pengalaman wajar yang wajib ia atasi. Selain menekankan kembali bahwa alam sebagai pengejawantahan Allah dan sifat rohani dari seluruhnya, Froebel juga tidak memakai buku sebagai sumber pengetahuan bagi anak didik melainkan segala hal yang ada di alam itu sendiri yang dipakai untuk menggali dan memperoleh pengetahuan. Dengan bimbingan guru, anak didik didorong untuk mencari dan mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya sendiri. Dalam hal matematika, Froebel menekankan pada ilmu hitung.
Bahasa filosofi nya adalah melalui bahasa seorang anak belajar bagaimana menyatakan sifat dan makna kehidupan.Belajar membaca, menulis, menambah perbendaharaan kata, mengarang cerita yang berasal dari pengalaman anak (menyampaikan gagasan). Adalah bentuk-bentuk pendidikan bahasa bagi anak sekolah dasar.
Seni dan karya seni melalui menggambar, mengecat dan membuat benda-benda dari tanah liat, anak diajar untuk mengungkapkan perasaannya. Bidang ini sama bobotnya dengan bidang pelajaran yang lain karena melalui pengalaman belajar seni ini anak mampu mengekspresikan pemahaman dan pengetahuannya.
c. Metodologi
Ada beberapa jenis metode yang dipakai Froebel untuk mengembangkan seseorang sesuai tabiatnya, yaitu : berdoa, percakapan, menghafalkan (walaupun hanya tahap sekunder), mengucapkan jawaban secara bersama-sama (secara berirama), bermain, swakaji (guru tidak berceramah), meninjau dan memeriksa, pelaporan (lisan maupun tertulis), bertanya, mengajarkan berdasarkan pola-pola (khusunya dalam vak bahasa), bercerita, latihan dan ulangan.
d. Peranan Guru
Di sini Froebel menekankan pada pentingnya peranan guru untuk mempersiapkan pengalaman belajar, merencanakan pengalaman belajar selengkap mungkin tetapi bersedia terus mengevaluasi rencana itu demi pengalaman belajar yang lebih dalam bagi si anak didik. Oleh karena tugas dan peranan guru yang tidak sesederhana itu, Froebel menitik beratkan pada panggilan hidup seorang guru ketimbang hanya pada bakatnya saja.
e. Peranan Keluarga
Di sini Froebel kembali mengangkat peranan ayah yang sama pentingnya dengan pernan Ibu dalam proses perkembangan dan pendidikan anak. Keluarga harus menjadi wadah yang mampu mengembangkan semua kemungkinan yang tersirat dalam tabiat anak sebagai mahluk yang diciptakan segambar dengan Allah. Froebel melihat orang tua / keluarga adalah kunci untuk memperbaharui pendidikan, hal ini terwujud dalam bentuk buku pegangan bagi kaum ibu.

Rujukan
1. Boehlke, Robert. R; "Friedrich W.A. Froebel, Pendiri Taman Kanak-kanak", dalam Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
2. Fröbel, F. (1826) Pada Pendidikan Manusia (Die Nenschenerziehung), Keilhau / Leipzig: Wienbrach.
3. Friedrich Froebel. (1826). Die Nenschenerziehung, p. 2.
4. “Friedrich W.A. Froebel, Pendiri Taman Kanak-kanak”, dalam Boehlke, Robert. R; Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997). Hal. 272-367
5. Ornstein, Allan C. and Daniel U. Levine. (1985). Foundations of Education “Third Edition”. Boston: MA.
6. Thompson, M.M. (1962). The History of Education. New York: Barnes and Noble, Inc.,.