Selasa, 31 Mei 2011

Tetapkan Tujuan Hidup

Ditulis oleh: Anne Ahira

Eyang,

"Without goals, and plans to reach them, you are
like a ship that sail with no destination" --
(Fritzhugh Dodson)

Itulah perumpamaan bagi orang yang tidak punya
tujuan dalam hidupnya.

Banyak orang melakoni perannya, tapi tidak tahu
arah hidup yang ingin ditujunya. Mereka-reka hidup
adalah apa yang kemudian dilakukannya.

Bila sesuatu hal buruk terjadi, mereka akan berdalih
nasib tak berpihak padanya.

Tidak jarang seseorang baru menyadari tujuan
hidupnya pada usia tua. Sangat disayangkan memang.

Seringkali orang tidak berani melakukan perubahan
dalam hidupnya. Dia hanya menunggu, dan menunggu
adanya perubahan tersebut... hingga akhirnya tujuan
hidupnya tidak tercapai!

Sebenarnya, tidak masalah jika kita harus mengubah
tujuan hidup beberapa kali. Hal yg terpenting adalah
setiap saat kita mempunyai tujuan hidup yang ingin
dicapai.

Setidaknya kita tahu ke mana kita akan berjalan dan
strategi apa yang harus diambil.

4 Cara Yang Bisa Eyang Pakai Untuk Menetapkan
Tujuan Hidup:

1. Apa sebenarnya keinginan Eyang?

Tanyakan pada hati nurani, apa sebenarnya
keinginan Eyang untuk beberapa tahun ke depan?

Tidak ada salahnya Eyang bermimpi. Eyang
tidak perlu malu mengakuinya, lagipula, tokh tidak
ada biaya yang harus Eyang keluarkan untuk
sekedar bermimpi. ;-)

2. Kumpulkan informasi.

Dengan mengumpulkan informasi, Eyang
bisa lebih mudah mencapai tujuan yang diinginkan.

Jika ada orang lain yang sudah berhasil melakukan
yang Eyang inginkan, belajarlah dari mereka.
Lakukan apa yang mereka kerjakan!

3. Jangan diam.

Lakukan sesuatu dan secara terus menerus yang akan
membawa Eyang pada impian hidup yang diinginkan!

4. Tingkatkan kemampuan

Jika ada cara yang Eyang lakukan terbukti efektif
dan mendekatkan pada tujuan yang ingin dicapai,
maka alangkah baiknya jika Eyang berusaha untuk
meningkatkan kemampuan dan menambah kecepatan
kinerja agar tujuan hidup Eyang lebih cepat tercapai.

Jika keempat hal di atas Eyang lakukan secara terus
menerus tanpa lelah dan bosan, Insya-Allah Eyang
akan mendapatkan tujuan hidup yang diinginkan.

Eyang ibaratnya adalah seorang 'pemahat' atas
gambaran kehidupan Eyang sendiri. Dan seorang
pemahat yang baik akan selalu memiliki 'planning'
terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang
terbaik.

Dalam hal ini, Eyang pun hanya bisa sebesar dan
sebahagia sebagaimana tujuan yang telah Eyang
tentukan. Oleh sebab itu, pahatlah diri Eyang
sebaik-baiknya!

Hargai Apa Yang Kita Miliki

Ditulis oleh: Anne Ahira

Eyang,

Pernahkah Eyang mendengar kisah Helen Kehler?
Dia adalah seorang perempuan yang dilahirkan
dalam kondisi buta dan tuli.

Karena cacat yang dialaminya, dia tidak bisa
membaca, melihat, dan mendengar. Nah, dlm
kondisi seperti itulah Helen Kehler dilahirkan.

Tidak ada seorangpun yang menginginkan
lahir dalam kondisi seperti itu. Seandainya
Helen Kehler diberi pilihan, pasti dia akan
memilih untuk lahir dalam keadaan normal.

Namun siapa sangka, dengan segala
kekurangannya, dia memiliki semangat hidup
yang luar biasa, dan tumbuh menjadi seorang
legendaris.

Dengan segala keterbatasannya, ia mampu
memberikan motivasi dan semangat hidup
kepada mereka yang memiliki keterbatasan
pula, seperti cacat, buta dan tuli.

Ia mengharapkan, semua orang cacat seperti
dirinya mampu menjalani kehidupan seperti
manusia normal lainnya, meski itu teramat sulit
dilakukan.

Ada sebuah kalimat fantastis yang pernah
diucapkan Helen Kehler:

"It would be a blessing if each person
could be blind and deaf for a few days
during his grown-up live. It would make
them see and appreciate their ability to
experience the joy of sound".

Intinya, menurut dia merupakan sebuah anugrah
bila setiap org yang sudah menginjak dewasa
itu mengalami buta dan tuli beberapa hari saja.

Dengan demikian, setiap orang akan lebih
menghargai hidupnya, paling tidak saat
mendengar suara!

Sekarang, coba Eyang bayangkan sejenak....

......Eyang menjadi seorang yang buta
dan tuli selama dua atau tiga hari saja!

Tutup mata dan telinga selama rentang waktu
tersebut. Jangan biarkan diri Eyang melihat
atau mendengar apapun.

Selama beberapa hari itu Eyang tidak bisa
melihat indahnya dunia, Eyang tidak bisa
melihat terangnya matahari, birunya langit, dan
bahkan Eyang tidak bisa menikmati musik/radio
dan acara tv kesayangan!

Bagaimana Eyang? Apakah beberapa hari cukup berat?
Bagaimana kalau dikurangi dua atau tiga jam saja?

Saya yakin hal ini akan mengingatkan siapa saja,
bahwa betapa sering kita terlupa untuk bersyukur
atas apa yang kita miliki. Kesempurnaan yang ada
dalam diri kita!

Seringkali yang terjadi dalam hidup kita adalah
keluhan demi keluhan.... Hingga tidak pernah
menghargai apa yang sudah kita miliki.

Padahal bisa jadi, apa yang kita miliki merupakan
kemewahan yang tidak pernah bisa dinikmati
oleh orang lain. Ya! Kemewahan utk orang lain!

Coba Eyang renungkan, bagaimana orang yang
tidak memiliki kaki? Maka berjalan adalah sebuah
kemewahan yang luar biasa baginya.

Helen Kehler pernah mengatakan, seandainya ia
diijinkan bisa melihat satu hari saja, maka ia yakin
akan mampu melakukan banyak hal, termasuk
membuat sebuah tulisan yang menarik.

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran, jika kita
mampu menghargai apa yang kita miliki, hal-hal
yang sudah ada dalam diri kita, tentunya kita akan
bisa memandang hidup dengan lebih baik.

Kita akan jarang mengeluh dan jarang merasa susah!
Malah sebaliknya, kita akan mampu berpikir positif
dan menjadi seorang manusia yang lebih baik.

Minggu, 15 Mei 2011

Belajar dan Pembelajaran Bermakna

Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.

Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.

Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan

Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.

Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.

Cara Anak Belajar

Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.

Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.

Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:

1. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.

2. Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.

3. Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi

Sabtu, 14 Mei 2011

Sejarah Kabupaten Garut


Sejarah Kabupaten Garut berawal dari pembubaran Kabupaten Limbangan pada tahun 1811 oleh Daendles dengan alasan produksi kopi dari daerah Limbangan menurun hingga titik paling rendah nol dan bupatinya menolak perintah menanam nila(indigo). Pada tanggal 16 Pebruari 1813, Letnan Gubernur di Indonesia yang pada waktu itu dijabat oleh Raffles, telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci. Untuk sebuah Kota Kabupaten, keberadaan Suci dinilai tidak memenuhi persyaratan sebab daerah tersebut kawasannya cukup sempit.
Berkaitan dengan hal tersebut, Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten. Pada awalnya, panitia menemukan Cumurah, sekitar 3 Km sebelah Timur Suci (Saat ini kampung tersebut dikenal dengan nama Kampung Pidayeuheun). Akan tetapi di tempat tersebut air bersih sulit diperoleh sehingga tidak tepat menjadi Ibu Kota. Selanjutnya panitia mencari lokasi ke arah Barat Suci, sekitar 5 Km dan mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan Ibu Kota. Selain tanahnya subur, tempat tersebut memiliki mata air yang mengalir ke Sungai Cimanuk serta pemandangannya indah dikelilingi gunung, seperti Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talaga Bodas dan Gunung Karacak.

Saat ditemukan mata air berupa telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri (Marantha), seorang panitia "kakarut" atau tergores tangannya sampai berdarah. Dalam rombongan panitia, turut pula seorang Eropa yang ikut membenahi atau "ngabaladah" tempat tersebut. Begitu melihat tangan salah seorang panitia tersebut berdarah, langsung bertanya : "Mengapa berdarah?" Orang yang tergores menjawab, tangannya kakarut. Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi "gagarut".
Sejak saat itu, para pekerja dalam rombongan panitia menamai tanaman berduri dengan sebutan "Ki Garut" dan telaganya dinamai "Ci Garut". (Lokasi telaga ini sekarang ditempati oleh bangunan SLTPI, SLTPII, dan SLTP IV Garut). Dengan ditemukannya Ci Garut, daerah sekitar itu dikenal dengan nama Garut.. Cetusan nama Garut tersebut direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya untuk dijadikan Ibu Kota Kabupaten Limbangan.

Pada tanggal 15 September 1813 dilakukan peletakkan batu pertama pembangunan sarana dan prasarana ibukota, seperti tempat tinggal, pendopo, kantor asisten residen, mesjid, dan alun-alun. Di depan pendopo, antara alun-alun dengan pendopo terdapat "Babancong" tempat Bupati beserta pejabat pemerintahan lainnya menyampaikan pidato di depan publik. Setelah tempat-tempat tadi selesai dibangun, Ibu Kota Kabupaten Limbangan pindah dari Suci ke Garut sekitar Tahun 1821. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal No: 60 tertanggal 7 Mei 1913, nama Kabupaten Limbangan diganti menjadi Kabupaten Garut dan beribu kota Garut pada tanggal 1 Juli 1913. Pada waktu itu, Bupati yang sedang menjabat adalah RAA Wiratanudatar (1871-1915). Kota Garut pada saat itu meliputi tiga desa, yakni Desa Kota Kulon, Desa Kota Wetan, dan Desa Margawati. Kabupaten Garut meliputi Distrik-distrik Garut, Bayongbong, Cibatu, Tarogong, Leles, Balubur Limbangan, Cikajang, Bungbulang dan Pameungpeuk.

Pada tahun 1915, RAA Wiratanudatar digantikan oleh keponakannya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929). Pada masa pemerintahannya tepatnya tanggal 14 Agustus 1925, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal, Kabupaten Garut disahkan menjadi daerah pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom). Wewenang yang bersifat otonom berhak dijalankan Kabupaten Garut dalam beberapa hal, yakni berhubungan dengan masalah pemeliharaan jalan-jalan, jembatan-jembatan, kebersihan, dan poliklinik. Selama periode 1930-1942, Bupati yang menjabat di Kabupaten Garut adalah Adipati Moh. Musa Suria Kartalegawa. Ia diangkat menjadi Bupati Kabupaten Garut pada tahun 1929 menggantikan ayahnya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929).

Sumber: Wilujeng Sumping !!!" Wilujeng Sumping " di Kota "Intan" Kota Garut

Pertumbuhan dan Perkembangan

Tumbuh dan berkembang adalah salah satu dari sekian ciri-ciri organisme yang ada. Pertumbuhan selalu berhubungan erat dengan perkembangan organisme.

1. Tumbuh
Tumbuh merupakan perubahan ukuran organisme karena bertambahnya sel-sel dalam setiap tubuh organisme yang tidak bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat kuantitatif. Atau secara bahasanya perubahan ukuran organisme dari kecil menjadi besar.

Contohnya :
Batang tumbuhan yang tadinya 2 cm menjadi 5 cm
Bayi yang beratnya 5 kg berubah menjadi 6,5 kg
Berat tubuh kucing yang tadinya 4 kg menjadi 6 kg
Ketika kita akan mengukur pertumbuhan tumbuhan ada sebuah alat ukur khusus yang dinamakan auksanometer.

2. Berkembang
Berkembang merupakan salah satu perubahan organisme ke arah kedewasaan dan biasanya tidak bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat kualitatif.

Contoh :
Pematangan sel ovum dan sperma
Pematangan hormon-hormon dalam tubuh

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK KELOMPOK UMUR 3 – 4 TAHUN

A. Kemampuan perkembangan yang harus dicapai anak sesaat sebelum berumur 4 tahun.

1. Gerak kasar : Berjalan jinjit
2. Gerak halus : Meniru membuat gambar lingkaran.
3. Bicara, bahasa, dan kecerdasan: Mengenal dan menyebutkan paling sedikit 1 warna.
4. Bergaul dan mandiri : Mematuhi peraturan sederhana dalam permainan.

B. Stimulasi perkembangan yang perlu diberikan :

1. Melatih anak berjalan mengikuti garis lurus.
Latihlah anak berjalan mengikuti garis lurus, misalnya sepanjang garis pada lantai. tunjukkan bagaimana menggunakan kedua tangan untuk menjaga keseimbangan.

2. Membantu anak belajar melompat dengan satu kaki.
Ajarilah anak melompat dengan satu kaki seperti pada waktu main engklek. Mula-mula anak perlu dipegang tangannnya. Lama-kelamaan biarkan ia melakukannya sendiri.

3. Membantu anak belajar melempar benda kecil ke atas.
Ambillah benda kecil yang ringan, kemudian tunjukkan cara melemparkan benda tersebut ke atas dan cara menjatuhkan benda ke dalam kaleng.

4. Membantu anak belajar menggunting dan membuat buku cerita dengan gambar tempel. Tunjukkan kepada anak cara mengunting gambar dari majalah/koran/buku bekas. Ajarilah anak untuk menyusun dan menempelkan gambar tersebut pada kertas, sehingga membentuk suatu urutan cerita.

5. Melatih anak belajar “menjahit”
Tempelkan sebuah gambar pada karton. Lubangilah karton tersebut dengan sebuah paku disekeliling gambar tersebut. Ambillah tali sepatu/tali rafia yang salah satu ujungnya telah disimpulkan. MAsukkan ujung lainnya ke dalam lubang-lubang tersebut menyerupai gerakan menjahit. MIntalah anak untuk menirukannya.

6. Mintalah anak menggambar dan menulis.
Tunjukkan kepada anak cara membuat garis dan bulatan menjadi gambar rumah, tonggak, matahari, bulan dan sebagainya. Tunjukkan pula cara menulis huruf dan angka, serta menulis namanya. LAtihlah agar ia sedikit demi sedikit dapat menggambar dan menulis.

7. Melatih anak mengenal huruf dan angka
Untuk membantu anak mengenal huruf dan angka, buatlah potongan-potongan karton sebesar kartu. Tuliskan angka 1 – 10 dan huruf A, B, C dan seterusnya pada potongan-potongan karton tersebut satu persatu, dan ajarkan cara menyebutnya. Mintalah kepadanya untuk mencari dan menemukan tulisan yang sama di majalah/koran/buku. latihlah anak, sampai ia mengenal semua huruf dan angka dengan baik.

8. Melatih anak mengenal bentuk dan warna
Sediakan kertas berwarna, karton, gunting, dan lem. guntinglah kertas berwarna menjadi bentuk, misalnya segitiga, segi empat, lingkaran dan sebagainya. BIcarakanlah dengan anak mengenai perbedaan bentuk dan warna, serta tunjukkan cara membuat gambar tempel. Mintalah anak menempelkan bentuk berwarna tersebut pada karton.

9. Memberi kesempatan kepada anak untuk menceritakan tentang dirinya, dan mengetahui urutan cerita.
Buatlah anak agar ia mau menceritakan kejadian yang dialaminya dan apa yang dilihatnya. Bantulah anak dengan lebih dahulu menceritakanya, kemudian mintalah ia melanjutkannya menurut urutanya.

10. Melatih anak mengenal perbandingan.
Ajarkan kepada anak membandingkan sifat benda, misalnya lebih panjang, lebih pendek, lebih besar, lebih muda, dan sebagainya.

11.Mengajari anak mengenal lawan kata.
Sebutkan beberapa kata yang biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari, misanya : panas, panjang, luas, dsb. Mintalah anak menyebutkan lawan katanya.

12. Membantu anak belajar mandi dan mengeringkan tubuhnya.
Ajari anak cara mandi sendiri dengan sabun, membilas tubuh, dan mengeringkan dengan handuk.

13. Mengajak anak mengikuti kegiatan memasak, dan memberi kesempatan untuk bertanya.
Ajaklah anak untuk membantu memasak di dapur. berilah ia pekerjaan yang mudah dan tidak berbahaya, seperti menimbang, mengaduk, membubuhkan gula, dsb. Bicarakanlah apa yang sedang dikerjakan bersama, dan beri kesempatan kepada anak untuk bertanya.

14.Melatih anak untuk bisa mengatasi kesedihan dan kekecewaan.
Bujuklah dan tenangkanlah anak ketika ia menangis atau kecewa dengan cara membelainya dan berbicara kepadanya dengan lembut mengenai apa yang dirasakannya.

15.Membantu anak mengenal sopan santun, berterimakasih, mencium tangan dansebagainya.
Ajarkanlah dan tunjukkanlah kepada anak sikap sopan santun, misalnya menghormati orang yang lebih tua, mengucapkan terimakasih, mencium tangan, berdoa, dan sebagainya.



Sumber: http://pondokibu.com

Mengapa langit berwarna biru?............



Alloh menciptakan langit berlapis-lapis dan bertingkat-tingkat. Alloh berfirman yang artinya, “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang.” (Qs. Al Mulk: 3). “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Alloh telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?” (Qs. Nuh: 15). Tiap-tiap lapisan ada penghuninya sebagaimana halnya bumi. Alloh berfirman, “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Alloh.” (Qs. Al Isra’: 44)

Langit adalah bagian atas dari permukaan bumi, dan digolongkan sebagai lapisan tersendiri yang disebut atmosfer. Langit terdiri dari banyak gas dan udara, dengan komposisi berbeda di tiap lapisannya. Langit sering terlihat berwarna biru, disebabkan karena pemantulan cahaya, tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa langit bisa berwarna selain itu, misalnya merah ketika senja, atau hitam saat turun hujan.
Saat cuaca cerah di siang hari, kita akan lihat langit berwarna biru. Namun pada sore hari, langit akan berwarna kuning kemerahan. Mungkin banyak dari kita yang belum mengetahui penyebabnya.

Penyebab warna langit ternyata tidak lepas dari pengaruh atmosfir bumi kita ini. Molekul-molekul gas seperti nitrogen, oksigen, argon dan uap air menyebabkan cahaya matahari yang terdiri dari variasi panjang geleombang terabsorbsi. Cahaya yang terabsorbsi ini akan teradiasikan sehingga menghasilkan spektrum warna. Walaupun seluruh panjang gelombang dari cahaya matahari ini terabsorsi, namun warna biru yang memiliki panjang gelombang yang rendah akan terabsorsi lebih banyak dibandingkan warna merah sehingga warna biru ini dominan terlihat oleh mata. Proses ini dinamakan Rayleigh scattering.

Rayleigh menjelaskan bahwa cahaya yang memiliki panjang gelombang lebih kecil akan memiliki intensitas perpendaran yang lebih besar. Karena warna biru memiliki penjang gelombang yang kecil sehingga warna biru akan dominan di langit. Selain itu, perpendaran warna ini juga dipengaruhi oleh jarak sumber cahaya dengan pengamat sehingga pada saat sunset, jarak sumber cahaya akan lebih jauh dan menyebabkan perpendaran efek Rayleigh scattering oleh warna biru ini berkurang. Proses ini dapat terlihat jelas saat matahari terbenam, dimana warna merah akan dominan di garis horizon.

Atmosfir bumi mengandung molekul gas kecil dan partikel (butiran) debu. Sinar matahari yang memasuki atmosfir tersebut bertemu dengan molekul gas dan partikel debu tadi. Warna sinar yang memiliki gelombang sinar lebih panjang seperti merah dan kuning, dapat melewati dan menembus molekul gas dan debu tadi. Tetapi warna biru yang memiliki gelombang sinar lebih pendek dipantulkan kembali ke atas atmosfir. Itulah mengapa langit terlihat berwarna biru. Prinsip yang sama berlaku juga dengan air di laut atau danau yang terlihat berwarna biru.

Menelusuri Perjalanan Jihad S.M. KARTOSUWIRYO


Gerakan Darul Islam selama ini dicap sebagai musuh bangsa paling berbahaya. Buku ini berupaya meluruskannya. Dalam sejarah politik nasional, nama S.M. Kartosuwiryo diguratkan dengan tinta agak gelap. Bahkan ia diidentikkan dengan gambar kelam yang ada kalanya bernuansa mistis. Buku-buku sejarah nasional memosisikan Kartosuwiryo sebagai orang yang “bermimpi’ mendirikan negara baru. Hal ini berlangsung hingga sekarang. Buku ini menyodorkan sisi lain soal Kartosuwiryo. Di situ dikatakan bahwa Kartosuwiryo bukanlah tokoh yang garang atau misterius. Ia lahir dari keluarga yang jelas. Begitu juga pendidikan formal, profesi, dan keterkait-annya dengan tokoh-tokoh nasional seperti Abikusno, Panglima Besar Jenderal Sudirman, Agus Salim, H.O.S. Cokroaminoto, dan bahkan Soekarno.Gambaran kelam soal Kartosuwiryo, menurut penulis buku ini, muncul dari situasi yang disemaikan pemerintahan Soekarno. Sebab utamanya karena Soekarno yang berpaham komunis merasa terancam kedudukannya. Maka dia mencari dukungan dengan memperalat umat Islam untuk menghadapi saudaranya sesama muslim dalam Negara Islam Indonesia (NII).Konspirasi Soekarno dengan ulama NU sehingga ia menerima julukan “waliyyul amri ad-dharuri bisy-syaukah”, juga merupakan rekayasa Soekarno untuk meredam kecenderungan masyarakat kepada konsep negara Kartosuwiryo. Untuk memenuhi syarat sebagai “waliyyul amri”, Bung Karno mendirikan masjid Baiturrahim di Istana Negara. Prakteknya, masjid itu didirikan sebagai simbol semata agar rakyat menilainya sebagai pemimpin yang taat menjalankan ajaran-ajaran Islam (hlm. 115).
Sikap permusuhan terhadap Islamisme seperti itu terus berkembang dan meluas, tidak saja di kalangan sipil tapi juga di lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pada masa Orde Baru (orde militerisme), Islamisme agaknya dipandang lebih berbahaya daripada sekularisme, komunisme atau misionaris Kristen dan Yahudi. Bahkan Seminar TNI Angkatan Darat (Agustus 1966) di Bandung malah bersikap antipati, menganggap gerakan Darul Islam (DI) atau NII sebagai musuh bangsa nomor satu, baru menyusul PKI.
Buku ini tidak saja mengungkapkan riwayat singkat S.M. Kartosuwiryo, tetapi juga garis perjuangannya, dan dinamika internal yang muncul di dalam proses mensosialisasikan dasar-dasar perjuangannya. Keberpihakan buku ini kepada kebenaran sejarah tampak cukup kental dan jelas. Itu selain karena penulisnya merupakan salah seorang aktivis angkatan muda DI, juga karena dalam penulisan buku ini para aktivis DI yang masih hidup dijadikan narasumber.
Meski tidak diniatkan untuk merevisi sejarah, setidak-tidaknya melalui berbagai fakta yang mencengangkan, buku ini telah bersikap kritis terhadap tonggak sejarah pergerakan nasional Indonesia. Kemapanan “fakta” sejarah sebagaimana diungkapkan buku sekolahan dengan entengnya digugat. Misalnya, dikatakan bahwa Budi Utomo (BU) bukan partai politik pertama, tapi Syarikat Islam (SI pertama kali bernama Syarikat Dagang Islam) yang lahir pada 1905.
BU juga bukan partai rakyat yang menentang penjajah Belanda, melainkan golongan kaum priyayi yang menjadi anak mas dan bekerja sama dengan Belanda. Anggota BU tidak ada yang masuk penjara, dibuang ke Digul, atau yang ditembak mati oleh Belanda. Sementara tokoh-tokoh SI berdesak-desak masuk penjara yang sempit, ditembak mati atau dibuang ke Digul (Irian Barat). BU bukan bersifat nasional, tapi regional dan anggotanya terbatas pada suku bangsa tertentu saja Jawa dan Madura (hlm: 133).
Bagaimana dengan sosok dan kepribadian Kartosuwiryo sendiri? Penulis buku ini mencatat bahwa postur tubuh Kartosuwiryo sedang, rambutnya ikal, dan bicaranya pelan tapi jelas. Tidak banyak bicara. Apabila berjalan menundukkan kepala, tenang tanpa gaya (hlm. 24). Kartosuwiryo juga digambarkan sebagai tokoh yang tak haus kekuasaan. Buktinya, pada pembentukan Kabinet Amir Syarifuddin pada 13 Juli 1947, dia pernah ditawari jabatan wakil menteri pertahanan oleh pemerintah RI. Namun itu ditolaknya, malah ia lebih memilih melanjutkan perjuangan mengenyahkan Belanda dengan bergerilya di hutan-hutan (hlm. 55).
Sikap istiqamah yang ditunjukkan Kartosuwiryo terhadap cita-cita perjuangan yang telah digariskannya patut diteladani oleh siapa saja (para aktivis) yang menyebut dirinya sebagai orang pergerakan, apa pun ideologinya. Dan mereka bisa menarik manfaat setelah membaca buku ini, dengan terlebih dahulu mengenyampingkan naluri sektarian yang ada pada dirinya.


Resensi Buku SM Kartosuwiryo
Sumber: Majalah PANJI MASYARAKAT, 29 September 1999, hal. 88.
Judul buku: Menelusuri Perjalanan Jihad S.M. KARTOSUWIRYO, oleh Irfan S.
Trilogi Kepemimpinan Islam, oleh Irfan S. Awwas

Biografi S.M. Kartosuwiryo


Tokoh yang satu ini, menurut berbagai pandangan masyarakat bangsa Indonesia saat ini adalah seorang pemberontak. Citranya sebagai "pemberontak", terlihat ketika dirinya berusaha menjadikan negara Indonesia menjadi sebuah Negara Islam. Namun sangatlah aneh, perjuangan yang dilakukannya itu justru mendapat sambutan yang luar biasa dari daerah-daerah lain di Indonesia, seperti di Jawa Tengah, di Sulawesi Selatan, di Kalimantan, dan di Aceh.
Timbul satu pertanyaan, benarkah dia itu penjahat perang sebagaimana yang dinyatakan oleh pemerintah? Atau mungkin ini sebuah penilaian yang sangat subjektif dari pemerintah yang ingin berusaha melanggengkan kekuasaan tiraninya terhadap rakyat Indonesia. Sehingga diketahui, pemerintah sendiri ketika selesai menjatuhkan vonis hukuman mati terhadapnya, tidak memberitahukan sedikit pun keterangan kepada pihak keluarganya di mana pusaranya berada.
Siapa S.M. Kartosoewirjo?
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo demikian nama lengkap dari Kartosoewirjo, dilahirkan 7 Januari 1907 di Cepu, sebuah kota kecil antara Blora dan Bojonegoro yang menjadi daerah perbatasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Kota Cepu ini menjadi tempat di mana budaya Jawa bagian timur dan bagian tengah bertemu dalam suatu garis budaya yang unik.
Ayahnya, yang bernama Kartosoewirjo, bekerja sebagai mantri pada kantor yang mengkoordinasikan para penjual candu di kota kecil Pamotan, dekat Rembang. Pada masa itu mantri candu sederajat dengan jabatan Sekretaris Distrik. Dalam posisi inilah, ayah Kartosoewirjo mempunyai kedudukan yang cukup penting sebagai seorang pribumi saat itu, menimbulkan pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan garis sejarah anaknya. Kartosoewirjo pun kemudian mengikuti tali pengaruh ini hingga pada usia remajanya.
Dengan kedudukan istimewa orang tuanya serta makin mapannya "gerakan pencerahan Indonesia" ketika itu, Kartosoewirjo dibesarkan dan berkembang. Ia terasuh di bawah sistem rasional Barat yang mulai dicangkokkan Belanda di tanah jajahan Hindia. Suasana politis ini juga mewarnai pola asuh orang tuanya yang berusaha menghidupkan suasana kehidupan keluarga yang liberal. Masing-masing anggota keluarganya mengembangkan visi dan arah pemikirannya ke berbagai orientasi. Ia mempunyai seorang kakak perempuan yang tinggal di Surakarta pada tahun 50-an yang hidup dengan penuh keguyuban, dan seorang kakak laki-laki yang memimpin Serikat Buruh Kereta Api pada tahun 20-an, ketika di Indonesia terbentuk berbagai Serikat Buruh.
Pada tahun 1911, saat para aktivis ramai-ramai mendirikan organisasi, saat itu Kartosoewirjo berusia enam tahun dan masuk Sekolah ISTK (Inlandsche School der Tweede Klasse) atau Sekolah "kelas dua" untuk kaum Bumiputra di Pamotan. Empat tahun kemudian, ia melanjutkan sekolah ke HIS (Hollandsch-Inlandsche School) di Rembang. Tahun 1919 ketika orang tuanya pindah ke Bojonegoro, mereka memasukkan Kartosoewirjo ke sekolah ELS (Europeesche Lagere School). Bagi seorang putra "pribumi", HIS dan ELS merupakan sekolah elite. Hanya dengan kecerdasan dan bakat yang khusus yang dimiliki Kartosoewirjo maka dia bisa masuk sekolah yang direncanakan sebagai lembaga pendidikan untuk orang Eropa dan kalangan masyarakat Indo-Eropa.
Semasa remajanya di Bojonegoro inilah Kartosoewirjo mendapatkan pendidikan agama dari seorang tokoh bernama Notodihardjo yang menjadi "guru" agamanya. Dia adalah tokoh Islam modern yang mengikuti Muhammadiyah. Tidak berlebihan ketika itu, Notodihardjo sendiri kemudian menanamkan banyak aspek kemodernan Islam ke dalam alam pikir Kartosoewirjo. Pemikiran-pemikirannya sangat mempengaruhi bagaimana Kartosoewirjo bersikap dalam merespon ajaran-ajaran agama Islam. Dalam masa-masa yang bisa kita sebut sebagai the formative age-nya.
Pada tahun 1923, setelah menamatkan sekolah di ELS, Kartosoewirjo pergi ke Surabaya melanjutkan studinya pada Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS), Sekolah Kedokteran Belanda untuk Pribumi. Pada saat kuliah inilah (l926) ia terlibat dengan banyak aktivitas organisasi pergerakan nasionalisme Indonesia di Surabaya.
Selama kuliah Kartosoewirjo mulai berkenalan dengan pemikiran-pemikiran Islam. Ia mulai "mengaji" secara serius. Saking seriusnya, ia kemudian begitu "terasuki" oleh shibghatullah sehingga ia kemudian menjadi Islam minded. Semua aktivitasnya kemudian hanya untuk mempelajari Islam semata dan berbuat untuk Islam saja. Dia pun kemudian sering meninggalkan aktivitas kuliah dan menjadi tidak begitu peduli dengan ilmu-ilmu yang diajarkan oleh sekolah Belanda, tentunya setelah ia mengkaji dan membaca banyak buku-buku dari berbagai disiplin ilmu, dari kedokteran hingga ilmu-ilmu sosial dan politik.
Dengan modal ilmu-ilmu pengetahuan yang tidak sedikit itu, ditambah ia juga memasuki organisasi politik Sjarikat Islam di bawah pimpinan Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Pemikiran-pemikiran Tjokroaminoto banyak mempengaruhi sikap, tindakan dan orientasi Kartosuwirjo. Maka setahun kemudian, dia dikeluarkan dari sekolah karena dituduh menjadi aktivis politik, dan didapati memiliki sejumlah buku sosialis dan komunis yang diperoleh dari pamannya yaitu Marko Kartodikromo, seorang wartawan dan sastrawan yang cukup terkenal pada zamannya. Sekolah tempat ia menimba ilmu tidak berani menuduhnya karena "terasuki" ilmu-ilmu Islam, melainkan dituduh "komunis" karena memang ideologi ini sering dipandang sebagai ideologi yang akan membahayakan. Padahal ideologi Islamlah yang sangat berbahaya bagi penguasa yang zhalim. Tidaklah mengherankan, kalau Kartosuwirjo nantinya tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kesadaran politik sekaligus memiliki integritas keislaman yang tinggi. Ia adalah seorang ulama besar, bahkan kalau kita baca tulisan-tulisannya, kita pasti akan mengakuinya sebagai seorang ulama terbesar di Asia Tenggara.
Aktivitas Kartosoewirjo
Semenjak tahun 1923, dia sudah aktif dalam gerakan kepemudaan, di antaranya gerakan pemuda Jong Java. Kemudian pada tahun 1925, ketika anggota-anggota Jong Java yang lebih mengutamakan cita-cita keislamannya mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB). Kartosoewirjo pun pindah ke organisasi ini karena sikap pemihakannya kepada agamanya. Melalui dua organisasi inilah kemudian membawa dia menjadi salah satu pelaku sejarah gerakan pemuda yang sangat terkenal, "Sumpah Pemuda".
Selain bertugas sebagai sekretaris umum PSIHT (Partij Sjarikat Islam Hindia Timur), Kartosoewirjo pun bekerja sebagai wartawan di koran harian Fadjar Asia. Semula ia sebagai korektor, kemudian diangkat menjadi reporter. Pada tahun 1929, dalam usianya yang relatif muda sekitar 22 tahun, Kartosoewirjo telah menjadi redaktur harian Fadjar Asia. Dalam kapasitasnya sebagai redaktur, mulailah dia menerbitkan berbagai artikel yang isinya banyak sekali kritikan-kritikan, baik kepada penguasa pribumi maupun penjajah Belanda.
Ketika dalam perjalanan tugasnya itu dia pergi ke Malangbong. Di sana bertemu dengan pemimpin PSIHT setempat yang terkenal bernama Ajengan Ardiwisastera. Di sana pulalah dia berkenalan dengan Siti Dewi Kalsum putri Ajengan Ardiwisastera, yang kemudian dinikahinya pada bulan April tahun 1929. Perkawinan yang sakinah ini kemudian dikarunia dua belas anak, tiga yang terakhir lahir di hutan-hutan belantara Jawa Barat. Begitu banyaknya pengalaman telah menghantarkan dirinya sebagai aktor intelektual dalam kancah pergerakan nasional.
Pada tahun 1943, ketika Jepang berkuasa di Indonesia, Kartosoewirjo kembali aktif di bidang politik, yang sempat terhenti. Dia masuk sebuah organisasi kesejahteraan dari MIAI (Madjlis Islam 'Alaa Indonesia) di bawah pimpinan Wondoamiseno, sekaligus menjadi sekretaris dalam Majelis Baitul-Mal pada organisasi tersebut.
Dalam masa pendudukan Jepang ini, dia pun memfungsikan kembali lembaga Suffah yang pernah dia bentuk. Namun kali ini lebih banyak memberikan pendidikan kemiliteran karena saat itu Jepang telah membuka pendidikan militernya. Kemudian siswa yang menerima latihan kemiliteran di Institut Suffah itu akhirnya memasuki salah satu organisasi gerilya Islam yang utama sesudah perang, Hizbullah dan Sabilillah, yang nantinya menjadi inti Tentara Islam Indonesia di Jawa Barat.
Pada bulan Agustus 1945 menjelang berakhirnya kekuasaan Jepang di Indonesia, Kartosoewirjo yang disertai tentara Hizbullah berada di Jakarta. Dia juga telah mengetahui kekalahan Jepang dari sekutu, bahkan dia mempunyai rencana: kinilah saatnya rakyat Indonesia, khususnya umat Islam, merebut kemerdekaannya dari tangan penjajah. Sesungguhnya dia telah memproklamasikan kemerdekaan pada bulan Agustus 1945. Tetapi proklamasinya ditarik kembali sesudah ada pernyataan kemerdekaan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta. Untuk sementara waktu dia tetap loyal kepada Republik dan menerima dasar "sekuler"-nya.
Namun sejak kemerdekaan RI diproklamasikan (17 Agustus 1945), kaum nasionalis sekulerlah yang memegang tampuk kekuasaan negara dan berusaha menerapkan prinsip-prinsip kenegaraan modern yang sekuler. Semenjak itu kalangan nasionalis Islam tersingkir secara sistematis dan hingga akhir 70-an kalangan Islam berada di luar negara. Dari sinilah dimulainya pertentangan serius antara kalangan Islam dan kaum nasionalis sekuler. Karena kaum nasionalis sekuler mulai secara efektif memegang kekuasaan negara, maka pertentangan ini untuk selanjutnya dapat disebut sebagai pertentangan antara Islam dan negara.
Situasi yang kacau akibat agresi militer kedua Belanda, apalagi dengan ditandatanganinya perjanjian Renville antara pemerintah Republik dengan Belanda. Di mana pada perjanjian tersebut berisi antara lain gencatan senjata dan pengakuan garis demarkasi van Mook. Sementara pemerintah RI harus mengakui kedaulatan Belanda atas Indonesia, maka menjadi pil pahit bagi Republik. Tempat-tempat penting yang strategis bagi pasukannya di daerah-daerah yang dikuasai pasukan Belanda harus dikosongkan, dan semua pasukan harus ditarik mundur --atau "kabur" dalam istilah orang-orang DI-- ke Jawa Tengah. Karena persetujuan ini, Tentara Republik resmi dalam Jawa Barat, Divisi Siliwangi, mematuhi ketentuan-ketentuannya. Soekarno menyebut "kaburnya" TNI ini dengan memakai istilah Islam, "hijrah". Dengan sebutan ini dia menipu jutaan rakyat Muslim. Namun berbeda dengan pasukan gerilyawan Hizbullah dan Sabilillah, bagian yang cukup besar dari kedua organisasi gerilya Jawa Barat, menolak untuk mematuhinya. Hizbullah dan Sabilillah lebih tahu apa makna "hijrah" itu.
Pada tahun 1949 Indonesia mengalami suatu perubahan politik besar-besaran. Pada saat Jawa Barat mengalami kekosongan kekuasaan, maka ketika itu terjadilah sebuah proklamasi Negara Islam di Nusantara, sebuah negeri al-Jumhuriyah Indonesia yang kelak kemudian dikenal sebagai ad-Daulatul Islamiyah atau Darul Islam atau Negara Islam Indonesia yang lebih dikenal oleh masyarakat sebagai DI/TII. DI/TII di dalam sejarah Indonesia sering disebut para pengamat yang fobi dengan Negara Islam sebagai "Islam muncul dalam wajah yang tegang." Bahkan, peristiwa ini dimanipulasi sebagai sebuah "pemberontakan". Kalaupun peristiwa ini disebut sebagai sebuah "pemberontakan", maka ia bukanlah sebuah pemberontakan biasa. Ia merupakan sebuah perjuangan suci anti-kezhaliman yang terbesar di dunia di awal abad ke-20 ini. "Pemberontakan" bersenjata yang sempat menguras habis logistik angkatan perang Republik Indonesia ini bukanlah pemberontakan kecil, bukan pula pemberontakan yang bersifat regional, bukan "pemberontakan" yang muncul karena sakit hati atau kekecewaan politik lainnya, melainkan karena sebuah "cita-cita", sebuah "mimpi" yang diilhami oleh ajaran-ajaran Islam yang lurus.
Akhirnya, perjuangan panjang Kartosoewirjo selama 13 tahun pupus setelah Kartosoewirjo sendiri tertangkap. Pengadilan Mahadper, 16 Agustur l962, menyatakan bahwa perjuangan suci Kartosoewirjo dalam menegakkan Negara Islam Indonesia itu adalah sebuah "pemberontakan". Hukuman mati kemudian diberikan kepada mujahid Kartosoewirjo.
Tentang kisah wafatnya Kartosoewirjo, ternyata Soekarno dan A.H. Nasution cukup menyadari bahwa Kartosoewirjo adalah tokoh besar yang bahkan jika wafat pun akan terus dirindukan umat. Maka mereka dengan segala konspirasinya, didukung Umar Wirahadikusuma, berusaha menyembunyikan rencana jahat mereka ketika mengeksekusi Imam Negara Islam ini.
Sekalipun jasad beliau telah tiada dan tidak diketahui di mana pusaranya berada karena alasan-alasan tertentu dari pemerintahan Soekarno, tapi jiwa dan perjuangannya akan tetap hidup sepanjang masa. Sejarah Indonesia telah mencatat walaupun dimanipulasi dan sekarang bertambah lagi dengan darah mujahid Asy-syahid S.M. Kartosoewirjo. Hari ini kami menghormatimu, besok kami bersamamu! Insya Allah. Itulah makna dari firman Allah: "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu mati); bahkan sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya." (QS. 2:154).


Resensi Buku SM Kartosuwiryo
Sumber: Majalah PANJI MASYARAKAT, 29 September 1999, hal. 88.
Judul buku: Menelusuri Perjalanan Jihad S.M. KARTOSUWIRYO, oleh Irfan S.Awwas
Trilogi Kepemimpinan Islam, oleh Irfan S. Awwas

Kamis, 05 Mei 2011

Belajar dgn teknik mind mapping

Belajar Lebih Mudah
Dimengerti dengan Teknik
Mind Mapping
Vera Farah Bararah :
detikHealth
detikcom - Jakarta, Banyak
siswa gagal memahami materi
pelajarannya. Menurut para ahli
itu karena siswa tidak diajari
dulu cara belajarnya.
Seharusnya siswa diajari dulu
cara belajar sehingga bisa
paham pelajarannya.
Akibat tidak tahu cara belajar
yang benar, belajar kadang
menjadi beban buat sebagian
besar pelajar. Padahal nilai
bagus sangat dibutuhkan agar
siswa lulus ujian atau naik kelas.
Tapi dengan teknik Mind
Mapping, belajar bisa jadi sangat
efektif dan tepat sasaran. Teknik
Mind Mapping atau pemetaan
pikiran atau peta pikiran bisa
memudahkan pelajar untuk
memahami lebih jelas
pelajarannya.
Teknik Mind Mapping pertama
kali dipopuplerkan oleh seorang
psikolog bernama Dr. Tony
Buzzan pada tahun 1970 dan
mulai dikenal di Indonesia sejak
awal tahun 1990-an.
Teknik Mind Mapping ini
mengandalkan gambar dan
hubungan satu sama lain
dengan menggunakan gambar,
kata, angka, logika dan warna
menjadi suatu cara yang unik.
Prinsip Mind Mapping adalah
merangkum semua pelajaran
dengan cara belajar yang tidak
linier (atas ke bawah) tapi
bercabang. Dengan adanya
rangkuman maka memudahkan
orang untuk menghapal dan
mengerti.
Memulai belajar dengan Mind
Mapping, awalnya dengan
menentukan satu materi yang
akan dipelajari dengan
menggambar ditengah-tengah
halaman kosong.
Misalnya sedang belajar galaksi,
tulis kata galaksi di tengah-
tengah dari sini mulai dibikin
cabang-cabangnya. Cabang
pertama misalnya apa itu galaksi,
cabang kedua dimana itu
galaksi, cabang ketiga apa saja
yang termasuk galaksi.
Lalu dari cabang-cabang ini bisa
berkembang lagi cabang-cabang
lainnya di tiap cabang. Misalnya
cabang pertama apa itu galaksi
bertambah lagi cabangnya
menjadi seperti apa bentuk
galaksi. Begitu selanjutnya
dengan cabang-cabang lainnya.
Dengan adanya peta pemikiran
ini siswa jadi lebih mudah paham
alur ceritanya. Ketika ada ujian
dengan pertanyaan seperti apa
bentuk galaksi, dia akan ingat
letak cabang itu dimana.
Jadi materi pelajaran 20 halaman
misalnya bisa dirangkum dalam
satu halaman Mind Mapping.
Seberapa efektif belajar dengan
Mind Mapping?
"Mind Mapping merupakan
teknik belajar yang cukup
efektif, dan bagi orang dengan
gaya belajar visual maka mind
mapping ini akan menjadi sangat
membantu," ujar Vitriani
Sumarlis, MSi, Psi saat dihubungi
detikHealth, Selasa (12/4/2011).
Vitri menuturkan dengan Mind
Mapping umumnya informasi
yang kompleks akan diubah
menjadi lebih sederhana dalam
satu halaman saja, sehingga
proses berpikirnya menjadi lebih
sistematis.
Sementara itu bagi orang yang
memiliki gaya belajar non-visual,
Mind Mapping tetap bisa
berguna misalnya dengan
menggunakan bantuan auditori.
Vitri mencontohkan salah satu
muridnya yang lebih mudah
memahami suatu informasi
setelah diberikan Mind Mapping
dengan bantuan auditori atau
penjelasan dari gurunya.
"Mind Mapping ini juga sangat
membantu untuk anak yang
susah belajar," ujar Vitri yang
juga menjadi psikolog di SD
Pantara Jakarta.
Vitri mengungkapkan hal ini
karena Mind Mapping
membantu seseorang lebih
gampang belajar dengan cara
mengorganisir segala informasi
yang diterimanya menjadi lebih
ringkas, serta membuat
hubungan antara satu informasi
dengan informasi lainnya terlihat
lebih jelas.
Misalnya seseorang ingin
menjelaskan tentang makanan,
maka ia bisa menarik garis ke
samping untuk buah dan garis
lainnya untuk sayuran. Nantinya
sayuran dibagi lagi menjadi
sayuran berdaun hijau dan
sayuran tidak hijau.
Jadi kalau ada yang
menyebutkan kata apel, anggur,
kangkung atau bayam, maka
seseorang akan lebih mudah
mengkategorikannya dan
mengklasifikasikan semua kata-
kata tersebut secara umum
dalam makanan.
Teknik belajar Mind Mapping ini
bisa diajarkan sejak anak-anak
misalnya pada saat anak kelas
3-4 sekolah dasar, mulailah
diperkenalkan tapi dengan
bantuan dan bimbingan dari
guru karena anak belum
mampu membuatnya sendiri.
"Diharapkan nanti jika anak
memasuki kelas 4-5 sekolah
dasar anak sudah bisa membuat
Mapping sendiri meskipun masih
dalam bentuk sederhana,
karena inti dari Mind Mapping
ini adalah memberikan konsep
dan kerangka berpikir," ungkap
Vitri.
Dalam Mind Mapping satu
konsep yang umum atau besar
akan dikembangkan ke
turunannya yang lebih kecil, dan
bagi orang yang kreatif dapat
mewujudkannya menjadi suatu
bentuk visualisasi yang menarik
sehingga memudahkannya
untuk belajar.
Vitri menjelaskan visualisasi yang
terbentuk dari Mind Mapping ini
akan membuat imajinasi
seseorang menjadi lebih
terwujud atau imajiner yang
membuatnya lebih mudah
mengerti serta bisa merangsang
kemampuan kreativitas
seseorang.
Agar lebih menarik dan mudah
dimengerti sebaiknya seseorang
membuat Mind Mapping dari
suatu konsep dengan
menggunakan beberapa warna,
sehingga memudahkan ia untuk
mempelajari suatu hal dengan
melihat hubungan yang
terbentuk dari kata kunci warna
dan gambar yang ada.
"Meski
begitu
setiap
metode
belajar
ada
kelebihan dan kekurangannya.
Kalau materinya tentang konsep
maka Mind Mapping ini bagus,
tapi kalau bukan hal-hal yang
detail seperti hapalan angka-
angka atau peristiwa-peristiwa
sejarah maka Mind Mapping ini
tidak terlalu bagus," ujarnya.
Untuk itu jika memiliki masalah
dalam belajar atau sulit
memahami suatu konsep, tak
ada salahnya mencoba
melakukan mind mapping (peta
pikiran) sehingga informasi yang
terkait dengan konsep tersebut
lebih jelas terlihat dan
memudahkan proses
pemahaman.