Jumat, 29 April 2011

Karakteristik Anak TK

Anak-anak bergerak melalui tahap-tahap perkembangan saat mereka menuju kedewasaan. Laju perkembangan bervariasi dari satu anak lain yang dipengaruhi oleh pengalaman dan juga oleh faktor keturunan. Anak-anak dapat tumbuh dengan pesat dalam satu aspek perkembangan namun lebih lambat yang lain. Arah perkembangan adalah dari umum ke khusus, dari ketergantungan menuju kemandirian dan saling ketergantungan, dan dari kontrol motorik kasar terhadap kontrol motorik halus.

Anak TK, tidak peduli apa yang mereka latar belakang budaya dan pengalaman, memiliki karakteristik yang sama dengan anak-anak seusia mereka dan sekaligus memiliki ciri khas yang unik dalam masing-masing karakteristik secara individual.


Sosio-emosional

Anak-anak mengembangkan keterampilan sosial dan emosional selama masa prasekolah. Pada tahun-tahun pertama, beberapa anak mungkin muncul dengan malu-malu dan seperti kurang inisiatif dalam bergaul. Namun, ketika mereka akhirnya mengalami adanya penerimaan dari para guru dan teman maka secara perlahan biasanya mereka dapat memperoleh kepercayaan diri, mulai membangun persahabatan, dan aktif dalam kelas.

Sementara di sisi lain, anak-anak juga mungkin terlalu tegas (agresif) sebelum belajar dari pengalaman cara-cara yang lebih tepat untuk berhubungan dengan teman-temannya. Ini adalah waktu untuk menguji dan mengeksplorasi hubungan-hubungan sosial.

TK anak-anak sangat ingin bisa dipercaya untung mengemban suatu tanggung jawab. Mereka senang jika dilibatkan dalam suatu keperluan, diijinkan menggunakan alat yang tepat, bekerja sama dengan orang dewasa dalam kegiatan seperti memasak, membawa barang-barang dari rumah, dan memberikan solusi untuk masalah-masalah praktis. Meskipun ada beberapa hal di mana anak-anak prasekolah masih egosentris (yaitu, terikat pada pandangan mereka sendiri hal-hal) mereka juga mampu untuk berparsipasi dalam kelompok yang mampu mengapresiasi keberadaannya dan kondusif dalam menciptakan suasana yang membuat anggotanya dapat membantu satu sama lain.

Mereka dapat menunjukkan empati pada orang-orang dan hewan jika kebutuhannya tidak bertentangan dengan kebutuhan orang lain. Ketika menolong adalah sesuatu yang dapat dilihat (model dari guru) dan didorong oleh guru, maka empati dapat berkembang menjadi perilaku membantu yang secara umum berlaku di dalam kelas. Dalam hal ini, sekolah tidak hanya mengembangkan rasa merdeka tetapi juga belajar untuk bekerja sama dengan orang lain.

Anak-anak taman kanak-kanak lebih stabil dalam hal sosio-emosional jika dapat mengembangkan selera humor yang bagus, mengungkapkan pikiran dan perasaannya dalam bentuk permainan bahasa.

Mereka dapat mengembangkan ketakutan spesifik, seperti ketakutan akan kematian, dan keliru beranggapan bahwa mereka telah menyebabkan berbagai peristiwa buruk dapat terjadi, misalnya perpisahan orangtua.

Siswa TK menanggapi kritik, nama panggilan dan ejekan dengan sangat serius karena mereka masih berpikir bahwa apa yang dikatakan ada dalam realitas - pada nilai nominalnya.


Perkembangan Fisik

Aktifitas fisik adalah salah satu karakteristik umum anak-anak TK, meskipun sangat berbeda-beda dalam hal tingkat perkembangan keterampilan dan kemampuan fisik. Beberapa anak terlihat lambat dan hati-hati untuk mencoba hal-hal baru; sementara yang lainnya sepertinya siap menerima setiap tantangan yang disajikan.

Sebagian besar anak-anak TK penuh dengan energi, siap untuk berlari, bermain ayunan, memanjat dan melompat, dan sangat ingin mencoba kekuatan mereka dengan memindahkan blok atau kotak besar.

Mereka sedang mengembangkan rasa irama, dan menikmati kegiatan seperti berjalan, melompat atau bertepuk tangan untuk musik.

Kegiatan bergerak yang dinamin tersebut lebih singkat dan memungkinkan partisipasi yang lebih besar daripada sekedar berdiri seperti patung atau duduk terkunci di bangkunya masing-masing. Disyaratkan bahwa keheningan lebih melelahkan dan menegangkan bagi sebagian besar siswa TK yang kemungkinan berefek buruk bagi perkembangan aspek-aspek lainnya.

Perkembangan kemampuan sensory indera masih tidak merata karena koordinasi mata dengan indera lainnya masih berkembang. Ini adalah masa konsolidasi keuntungan dan mengembangkan kontrol motorik halus, namun, jika terjadi penekanan pada kegiatan motorik halus seperti menulis, memotong dan membuat diskriminasi visual yang sangat diskrit dapat mengakibatkan ketegangan dan frustrasi pada anak-anak.


Perkembangan intelektual

Anak-anak TK suka bicara. Perkembangan intelektual mereka tercermin dalam pertumbuhan yang cepat pada penguasaan kosa kata dan kekuatan untuk mengekspresikan ide-ide. Mereka sedang mengembangkan memori dalam bentuk visual dan auditori serta kemampuan untuk mendengarkan orang lain. Telinga mereka tajam tetapi mereka masih membutuhkan bantuan dalam membedakan suara, meskipun mereka dapat mengambil bahasa lain serta akurat dalam meniru intonasi orang lain. Mereka sangat tertarik untuk mendapatkan kata-kata baru (nama-nama dinosaurus, misalnya) dan menggunakan kata-kata seperti "tak terhingga" dan "triliun". Anak-anak TK menyambut kesempatan untuk menjadi inventif dengan bahasa, untuk bermain dengan bersajak, untuk bercanda, untuk menjelaskan hal yang satu sama lain dan bahkan untuk berdebat.

Kesempatan untuk berbicara tentang apa yang mereka lakukan, apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar akan membantu anak-anak membangun makna dan belajar dari pengalaman mereka. Bahasa dan ide-ide bersama oleh orang lain memungkinkan anak-anak untuk secara bertahap mengatur dan melekatkan makna pada pengamatan dalam kehidupan sehari-hari dan berbagai aktivitas yang mereka lakukan.

Anak-anak TK memiliki dorongan kuat untuk mencari tahu tentang banyak hal. Mereka mengajukan banyak pertanyaan, sering dalam pertanyaan yang tak terjawab dan mereka suka bermain tebak-tebakan atau memecahkan teka-teki. Keingintahuan mereka mendorong mereka untuk belajar mengenai konsep-konsep dan hubungan, dan menjadi tertarik pada simbol-simbol. Mereka suka mendengarkan cerita, tapi mereka tidak belajar banyak dari perhatian pasif guru atau hanya mendengarkan informasi. Pertumbuhan intelektual murid-murid TK berasal dari eksplorasi, pengujian dan menyelidiki bukan hanya dari mendengarkan.

Anak-anak masih mencari tahu sifat-sifat benda dan belum bisa membalikkan operasi, yaitu, untuk memahami bahwa 250 ml air di gelas yang sempit yang tinggi dan 250 ml air yang besar, panci datar sama dalam volume. Penalaran mereka, dari perspektif orang dewasa, masih tidak logis. Kejadian yang terjadi bersama-sama diduga memiliki hubungan kausal satu sama lain, misalnya, "Karena saya memakai sepatu baru, hujan turun."

Perbedaan Individu

Deskripsi karakteristik umum membantu dalam memahami anak-anak. Namun, pernyataan normatif tidak memberikan informasi yang diperlukan guru mengenai anak-anak yang sedang didampinginya. Guru pelu melakukan pengamatan sistematis terhadap anak-anak untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan bagi perencanaan yang tepat.

Selama tahun TK, perilaku anak-anak banyak perubahan dari perilaku yang relatif kasar menuju yang relatif matang dan normatif.


terjemahan bebas dari http://www.sasked.gov.sk.ca/
Yanti D.P.

Karakter Anak

Buah tak jatuh jauh dari pohonnya. Agaknya peribahasa ini banyak dikaitkan dengan karakter anak yang seringkali mirip dengan orangtuanya. Menurut psikolog perkembangan dari Yayasan Kita dan Buah Hati, Rahmi Dahnan MSi, karakter anak yang dibawa sejak lahir merupakan turunan genetik dari keluarganya. “Karakter anak biasanya hasil menjiplak dari kedua orangtuanya,” katanya. Misalnya, ayah atau ibu termasuk pendiam maka ada kecenderungan anak mewarisi karakter yang sama. Namun, sambung Rahmi, terdapat pula penggolongan berdasarkan karakter bayi yaitu anak yang digolongkan anak mudah (easy child), slow to warm child, dan anak sulit (difficult child).

Ketiga karakter tersebut merupakan karakter dasar (basic character) bayi yang bisa terlihat dari pola tidur, makan, dan kemampuan adaptasi dengan lingkungan baru. Misalnya, pada tipe difficult child sering bermasalah pada pola tidurnya, sering teriak saat menangis, dan menolak bertemu orang lain. Berbeda dengan tipe easy child, anak lebih tenang dan memiliki pola makan serta tidur yang mudah diatur dan mudah beradaptasi dengan siapa pun. Sedangkan, tipe slow to warm, awalnya sulit terdeteksi dini karena merupakan pertengahan dari kedua tipe di atas. Namun tipe ini bisa diamati, misalnya anak mudah tersentak ketika tidur kalau pun menangis tidak meraung-raung.

Apapun karakter anak, papar Rahmi, sebaiknya diterima kemudian dipahami sehingga bisa memberikan pola asuh sesuai kebutuhan anak. ??Saat menghadapi anak sulit (difficult child) yang menangis, sebaiknya orangtua lebih sabar dan tidak menimpalinya dengan omelan, atau bentakan (verbal abuse) yang justru membuat anak merasa tidak nyaman,?? katanya. Pelukan dan belaian lembut akan menciptakan rasa nyaman dan menurunkan kerewelan si anak sulit.

Menurut psikolog dari Lembaga Terapan UI (LPTUI), Muhammad Rizal MSi, Ketika anak memasuki usia prasekolah, orangtua bisa mengamati perkembangan karakter anak. Secara umum tipe karakter digolongkan dalam empat kategori tergantung bagaimana anak menempatkan dirinya. Jika anak lebih suka berinteraksi dengan orang lain, maka anak bisa digolongkan extrovert. Sebaliknya, tipe anak introvert justru lebih sering menikmati waktu sendirinya dengan merenung dan memikirkan kejadian atau pengalaman yang dialaminya.

Selain itu, kepribadian anak juga bisa terlihat dari gayanya mengumpulkan informasi, misalnya tipe mengeksplorasi data serta fakta (sensing) atau tipe mengandalkan intuisi (intuition) yang sering menggunakan kalimat ?rasa-rasanya? atau ?sepertinya?. ?Karakter ini bisa dilihat sedini mungkin, terutama mengenali tipe anak extrovert atau introvert, jika anak tidak terlalu menikmati situasi bersama banyak orang bisa dikatakan anak cenderung introvert,? kata Rizal.

Dapatkah karakter anak diubah?

Rizal menjawab, tidak bisa. Namun pengaruh lingkungan seperti sekolah dan keluarga berpotensi menguatkan atau melemahkan karakter tersebut. ??Trauma yang berat bisa membuat seolah-olah karakter anak berubah. Dengan terapi dan pendampingan yang tepat, karakter asli tetap akan lebih dominan dibanding karakter hasil adaptasi dengan trauma,?? paparnya. Misalnya, anak yang mengalami pelecehan seksual, mungkin tiba-tiba menjadi pendiam, tertutup, dan sangat melindungi dirinya.

Senada dengan pendapat di atas, Rahmi menambahkan, terkadang dampak dari peristiwa tertentu seperti kehilangan seseorang yang dicintai bisa mengubah tingkah laku anak. ??Namun, responnya tidak akan jauh dari karakter dasar anak,?? katanya. Misalnya karakter anak tergolong introvert meski tidak terlihat pada tingkah polahnya, namun ketika mengalami trauma, karakter ini mungkin akan muncul misalnya dengan mengurung diri di kamar atau merenung. Meski demikian, orangtua bisa mengajarkan trik-trik menghadapi stres atau sesuatu yang kurang mengenakkan dengan cara yang lebih baik.

Rizal mengatakan, dengan mengenali karakter anak, orangtua dapat memahami dan menemukan cara-cara tepat untuk mengasuh anak. Misalnya jika anak tergolong introvert, jangan terlalu memaksa anak akan bercerita tentang perasaan atau kebutuhannya. Namun, mungkin saja orangtua perlu usaha lebih untuk mendekatkan diri dan mengajak anak bicara. Sementara pada anak yang lebih terbuka dan selalu bercerita tanpa diminta, maka orangtua bisa mengarahkan anak untuk melihat kondisi dan waktu yang tepat bercerita.

Tidak ada karakter anak yang negatif, tegas Rizal. Misalnya, anak pendiam dinilai lebih baik dibandingkan dengan anak yang lebih sering bertanya. ??Jika penilaian semacam ini mewarnai lingkungannya, maka kepribadian anak tidak bisa tumbuh optimal. Bisa jadi anak tidak percaya diri dan mandiri setiap bertanya. Namun, ketika anak keluar dari lingkungan tersebut, karakter aslinya akan muncul kembali,?? paparnya.

Rizal menambahkan, orangtua bisa mengenali kepribadian anak berdasarkan pengamatan perilaku anak sehari-hari seperti cara anak berkomunikasi, gaya hidup, atau ketika anak tengah menganalisa suatu persoalan dan membuat keputusan sendiri. Menurut Carl Gustav Jung dalam bukunya Personality Plus karakter anak bisa dibedakan berdasarkan caranya membuat keputusan, ada anak yang mempertimbangkan perasaan orang lain (feeling) atau hanya menggunakan data-data dan hal-hal yang memang ia lihat dan miliki (thinking). Kemudian bisa juga melihat gaya hidup dari anak, misal penuh spontanitas dan tidak terduga, kurang peduli pada aturan-aturan kaku (perceiving),penuh perencanaan, atau taat pada aturan (Judgement).

Rahmi mendefinisikan kepribadian (personality) sebagai kesiapan bertingkah laku ini merupakan reaksi atau respon terhadap simulasi dari lingkungan luar berdasarkan karakter yang dimiliki anak. ??Oleh sebab itu, meski karakter anak bisa saja sama, namun kepribadian yang muncul akan berbeda-beda,?? katanya. Orangtualah yang bertugas mengarahkan kepribadian anak. Pembentukan kepribadian anak juga melibatkan pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan orangtua. ?Jika ingin menciptakan anak berkepribadian baik maka ciptakan lingkungan yang baik pula, sekali lagi orangtua sebagai acuannya,?paparnya. Untuk itu, Rahmi menambahkan, orangtua harus dibekali pengetahuan mengenai perkembangan anak dengan melihat harapan sosial pada usia tertentu. Pada usia 3 tahun, anak sebaiknya mulai mandiri pada hal-hal yang berkaitan dengan kepentingannya seperti makan, minum, dan berpakaian sendiri. Kepercayaan diri mulai dikembangkan optimal ketika anak berusia 5 tahun. Sedangkan di usia 7 tahun anak mulai produktif dalam arti anak sudah mulai menunjukkan minatnya dan tidak tergantung pada keputusan orangtua. ?Perlu disadari juga laju perkembangan tiap anak berbeda-beda, yang merupakan hasil dari kematangan anak dan latihan atau pembelajarannya selama masih dalam rentang perkembangannya,? ujarnya.

Masa prasekolah adalah saat orangtua membentuk pondasi kepribadian anak. Dengan menanamkan pembiasaan yang positif seperti membiasakan bilang ?tolong?, ?terimakasih? dan ?maaf?, izin jika ingin bermain keluar, atau bersikap sopan. Sedangkan di usia sekolah, anak mulai berani mencoba hal-hal di luar kebiasaan. Tujuannya hanya sekedar untuk melihat respon orangtuanya. ??Oleh sebab itu sebaiknya orangtua bersikap konsisten dalam mengasuh,?? kata Rahmi. Selain itu, anak juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah atau teman sepermainannya (peer group). Orangtua juga bisa melihat bagaimana respon anak ketika menghadapi suatu permasalahan untuk melihat kepribadiannya yang unik. ?Perlu diingat, sikap dan tingkah laku anak merupakan cerminan dari kepribadiannya,? sambungnya.

Rahmi mengatakan, diharapkan dengan pembiasaan-pembiasaan positif yang ditanamkan orangtua pada anak dapat membentuk kecerdasan emosinya. Seringkali anak terlihat menjadi pemberontak ketika menghadapi suatu masalah. Hal ini disebabkan anak tidak menemukan jalan keluar dari permasalahannya, maka anak berpotensi mengekspresikan emosinya dengan cara yang negatif.

Jika sudah demikian, orangtua harus peka dengan tidak menuduh atau memberikan komentar negatif. ??Umumnya sikap negatif anak disebabkan oleh faktor eksternal seperti mencari perhatian, atau berada dalam kondisi tertekan,?? jelasnya.

Dengan bertambahnya usia, lanjut Rahmi, pemahaman anak juga perlu ditambah, misalnya ada anak yang sangat sensitif (oversensitive) yang peka dan mudah sekali menangis. Berikan pelajaran bersikap bijaksana dalam menanggapi suatu permasalahan. Seperti tidak semua permasalahan harus ditangisi. Ada kalanya, anak juga melakukan kealpaan dengan memberikan respon negatif tanpa disadarinya, misalnya dengan berkata kasar saat marah. ??Jangan langsung memarahi anak, beritahu bahwa sikapnya tidak baik
dan berikan contoh sikap yang terpuji,?? katanya.

Hati-hati! Jika pola komunikasi dan pengasuhan anak ditekankan pada metode kepatuhan (otoriter) maka yang tampak adalah kepribadian semu. Anak terlihat manis dan patuh di rumah, namun ketika di sekolah tidak demikian. ?Orangtua sebaiknya ?asli? dalam menampilkan kasih sayang dan mengubah metode pengasuhan tersebut,?ujar Rahmi.

Psikiater anak dari Klinik Mutiara Hatiku, Ika Widyawati mengatakan karakter merupakan warna dasar setiap anak. Secara teori, pembentukan kepribadian anak dimulai dari 0-8 tahun , artinya di masa usia tersebut kepribadian anak belum stabil atau masih berubah-ubah tergantung pengalaman hidupnya.

Berikut hal-hal yang harus diperhatikan orangtua dalam pembentukan karakter anak.

Do?s: (yang harus dilakukan)........

Memperlakukan anak sesuai dengan karakteristik anak.

Pahami bahwa setiap anak itu unik.

Memenuhi kebutuhan dasar anak antara lain kebutuhan kasih sayang, pemberian makanan bernutrisi. Juga rasa aman dan nyaman.

Memperhatikan pola pendidikan yang diajarkan oleh guru di sekolah anak. Sebaiknya pola pengajaran guru juga senada dengan orangtua.

Berikan dukungan dan penghargaan ketika anak menampilkan tingkah laku yang terpuji.

Berikan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan usia perkembangannya.

Jika lingkungan sosial kurang baik, sebaiknya orangtua memindahkan anak dari lingkungan tersebut.

Orangtua bersikap tegas dan konsisten.

Dont’s (yang jangan dilakukan)

Orangtua memaksakan ambisi-ambisi pada anak apalagi jika bertentangan dengan karakter dasar anak.

Jangan mengasari anak, karena berpotensi menimbulkan ketaatan sesaat dan berpotensi menimbulkan kepribadian pemberontak.

Jangan membanding-bandingkan anak.

Jangan terlalu sering berganti-ganti pola asuh karena cenderung mempengaruhi kepribadian anak.

Jangan bumbui pola pengasuhan dengan verbal abuse atau physic abuse. Biasanya jika ini diterapkan akan timbul sikap curiga berlebihan (skeptis), menarik diri, dan enggan menjalin komunikasi dengan orangtua.


Mita Zoelandari (Inspiredkids magazine) http://hanifa93.wordpress.com/2008/03/07/90/

MENYELAMI KARAKTER ANAK

Buah tak jatuh jauh dari pohonnya. Agaknya peribahasa ini banyak dikaitkan dengan karakter anak yang seringkali mirip dengan orangtuanya. Menurut psikolog perkembangan dari Yayasan Kita dan Buah Hati, Rahmi Dahnan MSi, karakter anak yang dibawa sejak lahir merupakan turunan genetik dari keluarganya. “Karakter anak biasanya hasil menjiplak dari kedua orangtuanya,” katanya. Misalnya, ayah atau ibu termasuk pendiam maka ada kecenderungan anak mewarisi karakter yang sama. Namun, sambung Rahmi, terdapat pula penggolongan berdasarkan karakter bayi yaitu anak yang digolongkan anak mudah (easy child), slow to warm child, dan anak sulit (difficult child).

Ketiga karakter tersebut merupakan karakter dasar (basic character) bayi yang bisa terlihat dari pola tidur, makan, dan kemampuan adaptasi dengan lingkungan baru. Misalnya, pada tipe difficult child sering bermasalah pada pola tidurnya, sering teriak saat menangis, dan menolak bertemu orang lain. Berbeda dengan tipe easy child, anak lebih tenang dan memiliki pola makan serta tidur yang mudah diatur dan mudah beradaptasi dengan siapa pun. Sedangkan, tipe slow to warm, awalnya sulit terdeteksi dini karena merupakan pertengahan dari kedua tipe di atas. Namun tipe ini bisa diamati, misalnya anak mudah tersentak ketika tidur kalau pun menangis tidak meraung-raung.

Apapun karakter anak, papar Rahmi, sebaiknya diterima kemudian dipahami sehingga bisa memberikan pola asuh sesuai kebutuhan anak. ??Saat menghadapi anak sulit (difficult child) yang menangis, sebaiknya orangtua lebih sabar dan tidak menimpalinya dengan omelan, atau bentakan (verbal abuse) yang justru membuat anak merasa tidak nyaman,?? katanya. Pelukan dan belaian lembut akan menciptakan rasa nyaman dan menurunkan kerewelan si anak sulit.

Menurut psikolog dari Lembaga Terapan UI (LPTUI), Muhammad Rizal MSi, Ketika anak memasuki usia prasekolah, orangtua bisa mengamati perkembangan karakter anak. Secara umum tipe karakter digolongkan dalam empat kategori tergantung bagaimana anak menempatkan dirinya. Jika anak lebih suka berinteraksi dengan orang lain, maka anak bisa digolongkan extrovert. Sebaliknya, tipe anak introvert justru lebih sering menikmati waktu sendirinya dengan merenung dan memikirkan kejadian atau pengalaman yang dialaminya.

Selain itu, kepribadian anak juga bisa terlihat dari gayanya mengumpulkan informasi, misalnya tipe mengeksplorasi data serta fakta (sensing) atau tipe mengandalkan intuisi (intuition) yang sering menggunakan kalimat ?rasa-rasanya? atau ?sepertinya?. ?Karakter ini bisa dilihat sedini mungkin, terutama mengenali tipe anak extrovert atau introvert, jika anak tidak terlalu menikmati situasi bersama banyak orang bisa dikatakan anak cenderung introvert,? kata Rizal.

Dapatkah karakter anak diubah?

Rizal menjawab, tidak bisa. Namun pengaruh lingkungan seperti sekolah dan keluarga berpotensi menguatkan atau melemahkan karakter tersebut. ??Trauma yang berat bisa membuat seolah-olah karakter anak berubah. Dengan terapi dan pendampingan yang tepat, karakter asli tetap akan lebih dominan dibanding karakter hasil adaptasi dengan trauma,?? paparnya. Misalnya, anak yang mengalami pelecehan seksual, mungkin tiba-tiba menjadi pendiam, tertutup, dan sangat melindungi dirinya.



Senada dengan pendapat di atas, Rahmi menambahkan, terkadang dampak dari peristiwa tertentu seperti kehilangan seseorang yang dicintai bisa mengubah tingkah laku anak. ??Namun, responnya tidak akan jauh dari karakter dasar anak,?? katanya. Misalnya karakter anak tergolong introvert meski tidak terlihat pada tingkah polahnya, namun ketika mengalami trauma, karakter ini mungkin akan muncul misalnya dengan mengurung diri di kamar atau merenung. Meski demikian, orangtua bisa mengajarkan trik-trik menghadapi stres atau sesuatu yang kurang mengenakkan dengan cara yang lebih baik.

Rizal mengatakan, dengan mengenali karakter anak, orangtua dapat memahami dan menemukan cara-cara tepat untuk mengasuh anak. Misalnya jika anak tergolong introvert, jangan terlalu memaksa anak akan bercerita tentang perasaan atau kebutuhannya. Namun, mungkin saja orangtua perlu usaha lebih untuk mendekatkan diri dan mengajak anak bicara. Sementara pada anak yang lebih terbuka dan selalu bercerita tanpa diminta, maka orangtua bisa mengarahkan anak untuk melihat kondisi dan waktu yang tepat bercerita.

Tidak ada karakter anak yang negatif, tegas Rizal. Misalnya, anak pendiam dinilai lebih baik dibandingkan dengan anak yang lebih sering bertanya. ??Jika penilaian semacam ini mewarnai lingkungannya, maka kepribadian anak tidak bisa tumbuh optimal. Bisa jadi anak tidak percaya diri dan mandiri setiap bertanya. Namun, ketika anak keluar dari lingkungan tersebut, karakter aslinya akan muncul kembali,?? paparnya.

Rizal menambahkan, orangtua bisa mengenali kepribadian anak berdasarkan pengamatan perilaku anak sehari-hari seperti cara anak berkomunikasi, gaya hidup, atau ketika anak tengah menganalisa suatu persoalan dan membuat keputusan sendiri. Menurut Carl Gustav Jung dalam bukunya Personality Plus karakter anak bisa dibedakan berdasarkan caranya membuat keputusan, ada anak yang mempertimbangkan perasaan orang lain (feeling) atau hanya menggunakan data-data dan hal-hal yang memang ia lihat dan miliki (thinking). Kemudian bisa juga melihat gaya hidup dari anak, misal penuh spontanitas dan tidak terduga, kurang peduli pada aturan-aturan kaku (perceiving),penuh perencanaan, atau taat pada aturan (Judgement).

Rahmi mendefinisikan kepribadian (personality) sebagai kesiapan bertingkah laku ini merupakan reaksi atau respon terhadap simulasi dari lingkungan luar berdasarkan karakter yang dimiliki anak. ??Oleh sebab itu, meski karakter anak bisa saja sama, namun kepribadian yang muncul akan berbeda-beda,?? katanya. Orangtualah yang bertugas mengarahkan kepribadian anak. Pembentukan kepribadian anak juga melibatkan pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan orangtua. ?Jika ingin menciptakan anak berkepribadian baik maka ciptakan lingkungan yang baik pula, sekali lagi orangtua sebagai acuannya,?paparnya. Untuk itu, Rahmi menambahkan, orangtua harus dibekali pengetahuan mengenai perkembangan anak dengan melihat harapan sosial pada usia tertentu. Pada usia 3 tahun, anak sebaiknya mulai mandiri pada hal-hal yang berkaitan dengan kepentingannya seperti makan, minum, dan berpakaian sendiri. Kepercayaan diri mulai dikembangkan optimal ketika anak berusia 5 tahun. Sedangkan di usia 7 tahun anak mulai produktif dalam arti anak sudah mulai menunjukkan minatnya dan tidak tergantung pada keputusan orangtua. ?Perlu disadari juga laju perkembangan tiap anak berbeda-beda, yang merupakan hasil dari kematangan anak dan latihan atau pembelajarannya selama masih dalam rentang perkembangannya,? ujarnya.

Masa prasekolah adalah saat orangtua membentuk pondasi kepribadian anak. Dengan menanamkan pembiasaan yang positif seperti membiasakan bilang ?tolong?, ?terimakasih? dan ?maaf?, izin jika ingin bermain keluar, atau bersikap sopan. Sedangkan di usia sekolah, anak mulai berani mencoba hal-hal di luar kebiasaan. Tujuannya hanya sekedar untuk melihat respon orangtuanya. ??Oleh sebab itu sebaiknya orangtua bersikap konsisten dalam mengasuh,?? kata Rahmi. Selain itu, anak juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah atau teman sepermainannya (peer group). Orangtua juga bisa melihat bagaimana respon anak ketika menghadapi suatu permasalahan untuk melihat kepribadiannya yang unik. ?Perlu diingat, sikap dan tingkah laku anak merupakan cerminan dari kepribadiannya,? sambungnya.

Rahmi mengatakan, diharapkan dengan pembiasaan-pembiasaan positif yang ditanamkan orangtua pada anak dapat membentuk kecerdasan emosinya. Seringkali anak terlihat menjadi pemberontak ketika menghadapi suatu masalah. Hal ini disebabkan anak tidak menemukan jalan keluar dari permasalahannya, maka anak berpotensi mengekspresikan emosinya dengan cara yang negatif.

Jika sudah demikian, orangtua harus peka dengan tidak menuduh atau memberikan komentar negatif. ??Umumnya sikap negatif anak disebabkan oleh faktor eksternal seperti mencari perhatian, atau berada dalam kondisi tertekan,?? jelasnya.

Dengan bertambahnya usia, lanjut Rahmi, pemahaman anak juga perlu ditambah, misalnya ada anak yang sangat sensitif (oversensitive) yang peka dan mudah sekali menangis. Berikan pelajaran bersikap bijaksana dalam menanggapi suatu permasalahan. Seperti tidak semua permasalahan harus ditangisi. Ada kalanya, anak juga melakukan kealpaan dengan memberikan respon negatif tanpa disadarinya, misalnya dengan berkata kasar saat marah. ??Jangan langsung memarahi anak, beritahu bahwa sikapnya tidak baik
dan berikan contoh sikap yang terpuji,?? katanya.

Hati-hati! Jika pola komunikasi dan pengasuhan anak ditekankan pada metode kepatuhan (otoriter) maka yang tampak adalah kepribadian semu. Anak terlihat manis dan patuh di rumah, namun ketika di sekolah tidak demikian. ?Orangtua sebaiknya ?asli? dalam menampilkan kasih sayang dan mengubah metode pengasuhan tersebut,?ujar Rahmi.

Psikiater anak dari Klinik Mutiara Hatiku, Ika Widyawati mengatakan karakter merupakan warna dasar setiap anak. Secara teori, pembentukan kepribadian anak dimulai dari 0-8 tahun , artinya di masa usia tersebut kepribadian anak belum stabil atau masih berubah-ubah tergantung pengalaman hidupnya.

Berikut hal-hal yang harus diperhatikan orangtua dalam pembentukan karakter anak.

Do?s: (yang harus dilakukan)........

Memperlakukan anak sesuai dengan karakteristik anak.

Pahami bahwa setiap anak itu unik.

Memenuhi kebutuhan dasar anak antara lain kebutuhan kasih sayang, pemberian makanan bernutrisi. Juga rasa aman dan nyaman.

Memperhatikan pola pendidikan yang diajarkan oleh guru di sekolah anak. Sebaiknya pola pengajaran guru juga senada dengan orangtua.

Berikan dukungan dan penghargaan ketika anak menampilkan tingkah laku yang terpuji.

Berikan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan usia perkembangannya.

Jika lingkungan sosial kurang baik, sebaiknya orangtua memindahkan anak dari lingkungan tersebut.

Orangtua bersikap tegas dan konsisten.

Dont’s (yang jangan dilakukan)

Orangtua memaksakan ambisi-ambisi pada anak apalagi jika bertentangan dengan karakter dasar anak.

Jangan mengasari anak, karena berpotensi menimbulkan ketaatan sesaat dan berpotensi menimbulkan kepribadian pemberontak.

Jangan membanding-bandingkan anak.

Jangan terlalu sering berganti-ganti pola asuh karena cenderung mempengaruhi kepribadian anak.

Jangan bumbui pola pengasuhan dengan verbal abuse atau physic abuse. Biasanya jika ini diterapkan akan timbul sikap curiga berlebihan (skeptis), menarik diri, dan enggan menjalin komunikasi dengan orangtua.


Mita Zoelandari (Inspiredkids magazine) http://hanifa93.wordpress.com/2008/03/07/90/

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD


Pertumbuhan Fisik atau Jasmani

1.Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.

2. Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.

3. Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak.

4. Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang sering kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana.


Perkembangan Intelektual dan Emosional

1.Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.

2. Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa.

3. Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak.

4. Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak.

5. Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak.

6. Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat.


Perkembangan Bahasa

Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4 – 5 bulan. Orang tua yang bijak selalu membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang tua membimbing anaknya.

Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan, (b) sebagai alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina hubungan sosial, (d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk mempengaruhi perilaku orang lain.

Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu: (a) kematangan alat berbicara, (b) kesiapan mental, (c) adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak, (d) kesempatan berlatih, (e) motivasi untuk belajar dan berlatih dan (f) bimbingan dari orang tua.

Di samping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat gangguan perkembangan berbicara bagi anak, yaitu: (a) anak cengeng, (b) anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.


Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap

1. Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan keterampilan anak dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak apabila berbuat atau berperilaku yang positif.

2. Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam masyarakat luas.

3. Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: (a) memiliki nilai pendidikan, (b) memberikan motivasi kepada anak, (c) memperkuat perilaku dan (d) memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi.

4. Fungsi hukuman yang diberikan kepada anak adalah: (a) fungsi restruktif, (b) fungsi pendidikan, (c) sebagai penguat motivasi.

5. Syarat pemberian hukuman adalah: (a) segera diberikan, (b) konsisten, (c) konstruktif, (d) impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak melainkan kepada perbuatannya, (e) harus disertai alasan, (f) sebagai alat kontrol diri, (g) diberikan pada tempat dan waktu yang tepat.


Sumber : http://massofa.wordpress.com/2008/01/25/karakteristik-anak-usia-sekolah-dasar/

BIOGRAFI TOKOH MATEMATIKA

1. JOHANN KEPLER (1571-1630).
Copernicus, Tycho Brahe, Galileo dan Kepler adalah peletak dasar astronomi modern. Copernicus adalah seorang biarawan (Katolik). Galileo adalah juga seorang Kristen (Katolik) yang sungguh-sungguh walaupun pernah ada masalah soal "Teori Heliosentris versus Teori Geosentris". Kepler telah mendapatkan rumus-rumus yang masih dipakai sampai sekarang untuk meramalkan gerakan planet-planet. Kepler mula-mula belajar teologi. Tetapi setelah 2 tahun ia pindah jurusan dan mempelajari astronomi. Pengaruh studi teologinya besar dalam pernyataan- pernyataannya dibidang astronomi. Ia berkata bahwa ia selalu berusaha memikirkan "Pikiran Allah" ("thinking God's thoughts after Him"). Ia percaya secara harafiah Kitab Kejadian 1,2 mengenai Penciptaan alam semesta dalam waktu enam hari. Dalam salah satu bukunya ia menulis : "Since we astronomers are priests of the highest God in regard to the book of nature, it befit us to be thoughtful, not of the glory of our own minds, but rather, above all else, of the glory of God."( Terjemahan bebasnya adalah sbb : "Karena kami, ahli astronomi adalah imam Allah yang Maha Tinggi tentang buku alam semesta, sepatutnyalah kami memuliakan Allah, dan bukan pikiran kami sendiri".)

2. FRANCIS BACON (1561-1626)
Bacon peletak dasar "metode ilmiah" modern yang pertama. Ia tekankan percobaan (experiments) dan metode induksi. Hal ini berlawanan dengan metode deduksi Aristoteles. Bacon percaya betul akan Alkitab. Ia menulis :"There are two books laid before us to study, to prevent our falling into error ; first, the volume of the Scriptures, which reveal the will of God ; then the volume of the Creatures, which express His power."("Dihadapan kita ada dua buku yang harus kita pelajari, untuk mencegah kita jatuh dalam kesalahan ; pertama Alkitab, yang menunjukkan kehendak Allah ; lalu buku alam semesta, yang menunjukkan KuasaNya.")

3. LOUIS AGASSIZ (1807-1873).
Agassiz adalah seorang akhli biologi (palaentology) dan akhli geologi yang kenamaan. Pada tahun 1860, satu tahun setelah Darwin menulis bukunya : "On the origin of species", Agassiz telah menunjukkan sifat spekulatip dari buku Darwin. Data yang betul-betul ilmiah tidak mendukung teori evolusi. Sepanjang hidupnya Agassiz menentang teori evolusi.

4. WERNHER VON BRAUN (1912-1977).
Von Braun mengembangkan rocket V-2 sewaktu perang dunia ke-II. Pada tahun 1945 ia beremigrasi ke-Amerika Serikat. Pada tahun 1960 ia menjadi direktur NASA. Ia sangat berjasa akan kemajuan Amerika Serikat dibidang satelit dan teknologi ruang angkasa.Von Braun adalah anggota gereja Lutheran yang aktip. Ia menulis :"Manned space flight is an amazing achievement, but it has opened for mankind thus far only a tiny door for viewing the awesome reaches of space. An outlook through this peephole at the vast mysteries of the universe should only confirm our belief in the certainty of its Creator. I find it as difficult to understand a scientist who does not acknowledge the presence of a superior rationality behind the existence of the universe as it is to comprehend a theologian who would deny the advances of science."("Penerbangan ruang angkasa yang berawak adalah suatu prestasi yang menakjubkan, tetapi sampai sekarang ia hanya membuka pintu yang kecil untuk melihat ruang angkasa yang sangat luas. Suatu pengamatan dari lubang intip ini, seharusnya meneguhkan iman kita akan kepastian ada nya Penciptanya. Saya merasa sama sulitnya untuk mengerti seorang ilmuwan yang tidak mengakui adanya Allah yang Maha Tahu dibelakang alam semesta ini, seperti seorang teolog yang menyangkal adanya kema juan dalam ilmu pengetahuan alam.)

5. THALES (Yunani, 624-546 SM)
Thales adalah seorang ahli filsafat. Pada zamannya seorang ahli filsafat mempelajari matematika, astronomi, fisika dan ilmu pengetahuan alam. Thales lahir di Yunani kemudian pergi ke Mesir untuk belajar. Ia mengukur tinggi piramida dengan menggunakan pengertian kesebangunan dan meramalkan waktu peredaran matahari. Tak heran jika ia disebut sebagai Bapak Awal Ilmu Matematika dan Astronomi. Dalam sebuah cerita, di suatu malam ia berjalan sambil menatap bintang di langit. Tiba-tiba ia terperosok masuk selokan. Seorang wanita budak yang sudah tua melihat kejadian itu berkata kepadanya, "Tuanku, bila anda tidak dapat melihat jalan bagaimana anda dapat menceritakan sesuatu tentang bintang-bintang?"

6. PHYTAGORAS (Yunani, 582-493 SM)
Meskipun Phytagoras adalah seorang ahli filsafat namun ia juga mempelajari musik dan ilmu-ilmu lain. Ia lahir di Yunani dan kemudian ke Mesir dan Babylonia untuk belajar.Phytagoras terkenal dengan dalilnya yang menerangkan bahwa dalam suatu segitiga siku-siku, kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi lainnya. Segitiga siku-siku yang sisi-sisinya berbanding 3 : 4 : 5 merupakan dasar dari dalil matematika untuk perhitungan sudut-sudut dalam segitiga a2 + b2 = c2 dan pertama kali digunakan oleh para perentang tali di Mesir untuk tanah dengan tali-tali bersimpul. Menurut hikayat, ia menemukan dalil itu ketika ia sedang mengamati susunan lantai bersegitiga di rumah salah seorang temannya.
Di lain cerita, ketika ia sedang melewati bengkel pandai besi ia mendapat ide dari berbagai jenis suara yang dihasilkan oleh pukulan martil. Bahwa semakin pendek pegangan martil semakin tinggi frekuensi nada yang dihasilkan. Dengan menggunakan ide ini ia menciptakan jenis-jenis kecapi dan seruling.

7. EUCLIDES (Yunani, Kira-kira 300 SM)
Euclides menulis 13 jilid buku tentang geometri. Dalam buku-bukunya ia menyatakan aksioma (pernyataan-pernyataan sederhana) dan membangun semua dalil tentang geometri berdasarkan aksioma-aksioma tersebut. Contoh dari aksioma Euclides adalah, "Ada satu dan hanya satu garis lurus garis lurus, di mana garis lurus tersebut melewati dua titik". Buku-buku karangannya menjadi hasil karya yang sangat penting dan menjadi acuan dalam pembelajaran Ilmu Geometri.
Bagi Euclides, matematika itu penting sebagai bahan studi dan bukan sekedar alat untuk mencari nafkah. Ketika ia memberi kuliah geometri pada raja, baginda bertanya, "Tak adakah cara yang lebih mudah bagi saya untuk mengerti dalam mempelajari geometri?". Euclides menjawab, "Bagi raja tak ada jalan yang mudah untuk mengerti geometri. Setiap orang harus berpikir ke depan tentang dirinya apabila ia sedang belajar".

8. ARCHIMEDES (Yunani, 287-212 SM)
Archimedes mempelajari matematika, fisika dan membuat banyak penemuan. Ia menemukan prinsip tuas yang dapat menggerakkan benda berat hanya dengan sedikit usaha. Ia memperagakan prinsip ini dengan menggerakkan kapal dengan memakai tuas. Eucildes pun berkata, "Bila saya diberi sebuah tuas yang cukup panjang dan titik penumpu, saya dapat menggerakkan bumi".
Euclides menggunakan pengetahuan tentang kepadatan untuk menemukan bahwa mahkota yang dibuat untuk raja tak dibuat dengan emas murni. Ia juga mempelajari lingkaran dan menemukan rumus untuk keliling lingkaran (2πr) dan luas lingkaran (πr^2).
Dalam hikayat ketika Archimedes sudah tua, Yunani dikalahkan oleh Romawi. Sewaktu serdadu musuh masuk ke dalam rumahnya dan di kamar ia sedang mempelajari sebuah lingkaran yang digambarnya di lantai, ia berteriak, "Jangan injak lingkaran saya!" Tapi serdadu itu tak memperdulikan teriakan Archimedes malah menikammya sampai mati.

9. ALI BIN ABI THALIB (Arab Saudi, 658-695 Masehi)
Sejak kecil Ali bin Abi Thalib menyukai berbagai ilmu dan ikut dengan Nabi Muhammad SAW. Kelak Ali dinikahkan dengan putri Rasul, Fatimah R.A. dan hidup dalam kesederhanaan yang teramat sangat. Meskipun hidup dalam kesederhanaan Ali tidak surut dalam mencari ilmu pengetahuan, tak heran bila Rasul pernah bersabda, "Apabila aku kota ilmu maka Ali adalah gerbangnya".
Ketika awal lambang bilangan dalam matematika menggunakan huruf-huruf seperti yang pernah diajarkan oleh bangsa Romawi tergolong rumit, Ali mempopulerkan lambang bilangan dalam huruf Arab dengan angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 0. Ali juga yang menyederhanakan penulisan lambang bilangan Romawi di mana sepuluh dengan "X", seratus dengan "C", seribu dengan "M" dan seterusnya dipermudah dengan menambahkan angka nol di belakang angka puluhan, ribuan dan satuan dengan bilangan 10, 100, 1000 dan seterusnya, di mana angka "0" dalam bilangan Arab diwakili dengan titik.

10. LEONARDI DA VINCI (Italia, 1452-1519)
Sejak kecil Leonardi Da Vinci telah memperlihatkan kemampuan khusus dalam bidang matematika, musik, seni lukis dan bidang-bidang lain. Secara khusus ia mencintai lukisan dan mengikuti pelajaran tentang seni. Sebagai pelukis dan pemahat ia banyak menghasilkan karya agung, salah satunya yang terkenal adalah lukisan Monalisa. Sebagai sebagai arsitek terkemuka ia juga banyak meninggalkan karya-karya besar dan monumental.
Leonardo Da Vinci juga mempelajari geometri dan menggunakan metode membuat bagian-bagian pokok suatu lukisan jatuh di atas segitiga khayal. Metode ini disebut komposisi piramida. Untuk melukis gambar ruang pada kanvas datar ia menggunakan metode semua garis sejajar yang horizontal kelihatan menuju titik tertentu. Metode ini dikenal dengan nama perspektif. Contoh lukisannya yang menggunakan metode ini adalah lukisan Perjamuan Malam Terakhir.

11. COPERNICUS (Polandia, 1473-1543)
Copernicus mempelajari astronomi, matematika, fisika, ilmu hukum dan kedokteran. Pada zamannya secara umum orang percaya bahwa matahari, bulan dan bintang bergerak mengelilingi bumi karena saat itu bumi dianggap sebgai pusat tata surya. Akan tetapi Copernicus yakin bahwa pusat alam semesta bukanlah bumi, melainkan matahari di mana seluruh benda-benda langit berputar mengelilingi matahari. Pikiran Copernicus ini menentang filsafat tradisional dan agama.
Teorinya yang terkenal dikemukakan dalam bukunya yang berjudul "Perputaran Benda-Benda Langit". Di mana pada waktu itu ia takut menerbitkan bukunya karena adanya ancaman hukuman mati dari pihak gereja terhadap doktrin keilmuan yang menentang dogma-dogma yang dikeluarkan pihak gereja. Hanya karena desakan rekan-rekannya Copernicus setuju untuk menerbitkan buku itu sepenuhnya. Tetapi sayang, buku itu baru dicetak setelah pengarangnya meninggal dunia.

12. GALILEO GALILEI (Italia, 1564-1642)
Galileo mempelajari matematika, fisika dan astronomi. Dulu orang percaya bahwa kecepatan benda jatuh tergantung pada bobot benda yang dijatuhkan tersebut. Dalam teori tersebut disebutkan bahwa jatuhnya benda yang lebih berat akan lebih cepat daripada benda yang lebih ringan. Galileo membantah teori tersebut dengan dasar keyakinan bahwa kecepatan jatuhnya sebuah benda tidak tergantung pada bobotnya. Ia membuktikannya dengan menjatuhkan dua buah logam yang satu lebih berat dari yang lain dari atas Menara Pisa yang miring. Biarpun pada saat ini setiap orang menyetujui teorinya adalah benar, namun pada zamannya teori dengan pembuktiannya itu diterima orang dengan keheranan yang besar.
Sewaktu-waktu ketika ia sedang mengamati tempat lilin yang berayun-ayun di gereja, ia mencatat bahwa berapapun jauhnya benda itu berayun ke samping, waktu yang diperlukan untuk setiap 1 gerakan bolak-balik (1 getaran) adalah sama. Di kemudian hari ia menemukan bahwa hukum ini adalah suatu hal yang umum yang akhirnya hukum ini disebut dengan hukum isokhronisme suatu bandul.
Di akhir hidupnya Galileo Galilei dijatuhi hukuman mati oleh gereja karena mendukung ide Copernicus yakni bumi berputar mengelilingi matahari.

13. RENE DESCARTES (Perancis, 1596-1650)
Descartes mempelajari Matematika, Fisika, Politik dan Filsafat. Ia adalah orang yang pertama kali menggunakan sistem dua atau tiga bilangan seperti (A, B) atau (A, B, C) sebagai koordinat untuk menggambarkan titik-titik pada suatu bidang atau dalam ruang. Dengan cara ini pernyataan-pernyataan mengenai gambar-gambar dalam geometri tentang titik yang dijabarkan oleh Euclides dapat diterjemahkan menjadi pernyataan-pernyataan yang menyangkut bilangan.
Menurut hikayat, Descartes mendapat ide itu ketika sedang terbaring sakit di tempat tidur. Ia mengamati laba-laba yang berjalan di langit-langit dan kemudian turun dengan benangnya. Hal ini memberikan ide kepadanya untuk menyatakan titik-titik dalam ruangan dengan (A, B, C).
Ia juga orang pertama kali yang menggunakan huruf-huruf abjad seperti a, b, c, ... , x, y, z untuk mewakili bilangan-bilangan. Ia pula orang pertama kali yang mengemukakan ide tentang bilangan negatif.

14. BLAISE PASCAL (Perancis, 1623-1662)
Blaise Pascal adalah seorang ahli matematika, fisika, teologi sekaligus pujangga. Pascal menjadi sangat tertarik pada matematika khususnya geometri ketika berumur 6 atau 7 tahun. Ketika itu ayahnya menyingkirkan buku-buku matematikanya karena ia percaya bahwa anak kecil seharusnya tidak mempelajari buku yang sedemikian sukar. Namun Pascal tetap saja mempelajarinya secara sembunyi-sembunyi.
Saat berusia 12 tahun tanpa memperoleh bantuan orang lain ia menemukan bahwa jumlah semua sudut-sudut pada suatu segitiga selalu 180º. Ia memperlihatkan hal tersebut kepada ayahnya dan menerangkannya dengan jelas. Ayahnya demikian tertegun sampai akhirnya mengizinkan anaknya terus belajar matematika dengan bebas. Di saat berusia 19 tahun Pascal sudah menemukan suatu mesin hitung yang menggunakan roda-roda gigi. Dalam bidang fisika ia menemukan prinsip tentang tekanan dalam zat cair yang kemudian prinsip ini diabadikan sesuai dengan namanya. Ia juga meninggalkan suatu ungkapan yang terkenal, "Manusia adalah lalang yang lemah, akan tetapi ia adalah lalang yang berpikir".

15. SEKI TAKAKAZU (Jepang, 1642-1708)
Pada zaman hidupnya, Jepang menggunakan sistem lambang bilangan Cina yang berbelit-belit daripada sistem angka Arab untuk melambangkan bilangan. Mereka juga menggunakan alat-alat yang terbuat dari kayu (yang disebut Sangi) yang mula-mula dikembangkan di Tiongkok kuno untuk metode pengukuran luas bangunan. Di masa itu Seki menemukan metode mengukur luas suatu bangunan yang dibatasi oleh kurva-kurva atau volume benda-benda ruang yang tak teratur dengan metode yang sekarang dikenal dengan nama "integral".
Matematika bangsa Jepang ini sebut Wasan. Sampai saat matematika Barat diperkenalkan di Jepang menjelang akhir abad ke-19, Wasan-lah yang lebih dahulu populer di Jepang. Seki Takakazu adalah salah seorang dari pengajar Wasan yang terkenal.

16. ISAAC NEWTON (Perancis, 1642-1727)
Isaac Newton adalah salah seorang di antara ahli matematika besar dan juga mempelajari fisika. Ia menemukan hukum gravitasi dan menyimpulkan teori bahwa gravitasi adalah gaya tarik suatu benda terhadap benda lainnya. Semakin jauh jarak antara dua benda semakin lemahlah gaya gravitasi di antara kedua benda tersebut. Gerak bulan mengelilingi bumi dapat diterangkan dengan hukum gravitasi ini.
Newton juga menemukan hukum gerak yang merupakan dasar dinamika. Ia tertarik dengan astronomi dan menemukan suatu jenis teleskop pemantul yang akhirnya diabadikan dengan namanya.

17. GOTTFRIED WILHELM LEIBNIZ (Jerman, 1646-1716)
Ayah Gottfried Wilhelm Leibniz adalah seorang guru besar di sebuah universitas tetapi meninggal ketika Leibniz menginjak usia 6 tahun. Sejak saat itu Leibniz muda belajar sendiri dan dibantu dengan bimbingan ibunya. Belajar sendiri membuat Leibniz bebas dari cara berpikir tradisional.
Ia dan Newton merumuskan pengertian dasar tentang "kalkulus differensial". Masing-masing menyatakan bahwa dirinyalah yang mula-mula memikirkan hal tersebut. Untuk memutuskan siapa sebenarnya yang pertama merumuskannya mereka saling mengajukan soal-soal kalkulus. Hal ini dikenal sebagai perang matematika antara Leibniz dengan Newton. Akhirnya mereka menyadari bahwa mereka masing-masing menggunakan pikiran mereka sendiri-sendiri, dan perumusan dasar tentang "kalkulus differensial" tersebut adalah kebetulan sama. Leibniz juga menemukan suatu jenis mesin hitung.

18. INO TADATAKA (Jepang, 1745-1818)
Ino Tadataka adalah anak seorang petani dari golongan kelas sosial yang rendah. Ia tidak mendapat pendidikan formal tetapi belajar sendiri. Ketika berusia 18 tahun ia diangkat menjadi seorang anak oleh seorang saudagar dan harus berhenti belajar demi untuk bekerja. Ketika berusia 45 tahun saudagar tersebut membiarkan Ino mengurus urusan rumah tangganya sehingga Ino mempunyai waktu untuk menyelesaikan pelajarannya di bawah bimbingan seorang pembimbing.
Pada waktu itu ia mempelajari astronomi, matematika, sejarah dan pengukuran tanah. Ketika berusia 55 tahun ia mendapat izin dari pemerintahan Jepang untuk mengukur bagian Utara Jepang. Ia tak henti-hentinya mengumpulkan informasi untuk membuat peta-peta seluruh negara sampai saat meninggalnya. Sampai akhir abad ke-19 peta-peta yang dibuat oleh Ino digunakan sebagai dasar peta-peta administrasi pemerintah Jepang.

19. JOHAN GAUSS (Jerman, 1777-1885)
Menurut hikayat, Johann Gauss adalah seorang jenius dalam aritmetika. Ketika ia berusia 9 tahun seorang guru menyuruh murid-murid di kelasnya untuk menjumlahkan deretan bilangan 1 + 2 + 3 + ... + 40. Gauss hanya memerlukan waktu beberapa saat saja tanpa menuliskan sesuatu apapun untuk memperoleh jawabannya yaitu 820. Ia mendapat jawaban dalam otaknya dengan menyadari bahwa jumlah itu dapat dipikirkan penyelesaiannya sebagai berikut: (1 = 40) + (2 + 39) + ... + (20 + 21) = 41 + 41 + ... + 41 = 41 X 20 = 820.
Ayah Gaus hanyalah seorang tukang batu dan tak sanggup memberikan pendidikan universitas kepadanya. Tetapi raja tertegun akan kemampuan Gauss muda dan raja bersedia membiayai pendidikannya. Kelak Gauss menjadi salah satu ahli matematika terkemuka di dunia. Ia juga banyak meninggalkan hasil karyanya dalam bidang astronomi, pengukuran tanah dan elektromagnetisme.

Semoga sejarah tentang segelintir Biografi Tokoh Matematika tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi Sobat yang membacanya.
Sumber : FB Soulmate Matematika

Karakteristik Anak Sifat Karakter Anak Sulung Tengah Bungsu dan Tunggal


Saya akan memaparkan kecenderungan sifat-sifat Anak Sulung, Tengah, Bungsu dan Tunggal. Ini Hasil dari penelitian orang lain, analisa dan pengalaman saya pribadi. Namun karakter yang saya paparkan belum tentu juga sesuai karena ada unsur lain yang mempengaruhi sifat seseorang yakni pengalaman masa lalu, tingkat pendidikan, keyakinan, agama, iman, potongan rambut, lingkungan, suku dan budaya dll.

A. Anak Tunggal

Sifat : Anak tunggal umumnya manja jika masih memiliki orang tua. Umumnya anak tunggal mempunyai jiwa petualang (dalam arti yang luas) dan memiliki kepribadian yang mantap. Anak Tunggal gabungan sifat anak Sulung dan anak Bungsu. Hasil penelitian saya Anak Tunggal cenderung lebih suka kepada lawan jenis yang berwajah dan bersikap dewasa.

Jodoh : Anak tunggal menurut penelitian kurang cocok dengan anak tengah, akan banyak konflik terjadi karena banyak perbedaan. Paling cocok dengan Anak Sulung atau yang bersikap dewasa, namun dengan anak Bungsu juga tidak bermasalah karena akan bakal bergejolak dan penuh sensasi.

Contoh tokoh : Sheila Marcia, Cinta Laura, Kirana Larasati, Dian Sastro, SBY, Melly Guslaw, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad

B. Anak Sulung

Sifat : Kecenderungan sifat anak pertama adalah Bersikap dan berpikiran lebih dewasa. Anak Sulung adalah tulang punggung keluarga sehingga anak Sulung akan berpikiran lebih kritis (umumnya memiliki daya analisa yang lebih kuat). Anak pertama sebetulnya banyak ilmunya di dalam dirinya namun tidak banyak dikeluarkan oleh ucapan. Sifat baik anak Sulung yang lain adalah jarang memukul atau jarang usil karena sifatnya agak serius. Sifat buruk anak Sulung adalah paling perhitungan, paling pelit, dan paling pilih pilih dalam urusan jodoh daripada anak-anak yang lain (pada umumnya), dan biasanya sangat mengharapkan sekali pasangan yang ganteng atau yang cantik, dan mapan atau berduit.

Jodoh : Paling cocok (ideal) Anak Sulung dengan anak Bungsu. Namun kalo dengan yang lain juga tidak bermasalah (bisa cocok) asal ada kecocokan.

Contoh : Dessy Ratnasari, Rafi Ahmad, Marchela Zalianty, Nikita Willy, Coky Sitohang.

C. Anak Tengah

Sifat : Anak Tengah memiliki sifat dasar lebih bebas, dan lebih mudah berekspresi dalam perkataan dan tindakan (Mudah Berkomentar, dan sangat luwes). Sifat baik anak Tengah adalah sangat ramah dan mudah bergaul atau menyesuaikan diri dengan orang lain sehingga dengan mudah disukai banyak orang, disamping itu memiliki jiwa seni lebih tinggi daripada anak yang lain. Sifat kurang baiknya adalah labil, emosi lebih tinggi, ringan tangan (dalam arti yang negatif), mudah untuk bentrok/cekcok dengan orang lain. Biasanya Anak Tengah paling mudah berkomunikasi atau akrab juga dengan anak tengah tapi juga gampang konflik juga dengan anak tengah itu sendiri.

Jodoh : Kalo menurut ilmu jodoh psikologi anak tengah kurang cocok dengan anak tunggal disebabkan karena banyaknya perbedaan dan dengan anak tengah itu sendiri disebabkan karena sama-sama egois sehingga akan terjadi banyak konflik. Untuk jodoh Anak Tengah lebih cocok dengan anak Sulung atau bungsu.

Contoh : Tukul Arwana, Britney Spears, Dewi Sandra, Olivia Zalianty.

D. Anak Bungsu

Sifat : Tipikal umum dari anak bungsu adalah manja (kolokan). Anak Bungsu yang manja kurang cocok untuk jadi seorang pemimpin. Kebaikan anak Bungsu ini umumnya menggemaskan orang lain, berbadan paling sehat, jarang mengalami sakit apalagi yang berat-berat, dan paling awet muda diantara anak-anak yang lain. Sifat buruk dari anak Bungsu adalah ini paling gampang dalam mengeluarkan duit (boros) dan kurang suka menabung.

Jodoh : Dalam hal jodoh Anak Bungsu bisa cocok dengan semuanya, namun paling ideal dengan anak sulung atau yang bersikap dan berpemikiran dewasa (bisa ngemong).

Contoh : Titi Kamal, Melanie Putria, Shahnaz Haque, Carissa Putri

Sumber http://unikmenarik.blogspot.com/2008/06/sifat-karakter-anak-sulung-tengah.html
http://tomi-anggoro.blogspot.com/2010/01/karakteristik-anak.html

Rabu, 13 April 2011

Mengeluh, Menyerah dan Bangkit.................

Saya suka sekali kata bijak satu ini, karena sering mengalaminya sendiri juga dan teman ternyata memang bisa berpengaruh sangat besar. Berikut ini kalimat mutiaranya:

Dalam kehidupan, manusia terkadang mudah mengeluh dan menyerah pada keadaan. Tapi dengan dorongan orang-orang yang kita cintai disekitar kita, semangat kita akan bangkit kembali dan meraih kemenangan.

Jadi, jika Anda sedang down maka gunakanlah teman dan mintalah orang-orang dekat untuk memberi motivasi dan dorongan kepada Anda. Sebaliknya jika Anda merasakan teman atau orang dekat Anda sedang mengalami hal itu, maka pastikan Anda memberikan suatu kontribusi. Kontribusi banyak sekali bentuknya termasuk memotivasi dan mendorong mereka untuk bangkit adalah kontribusi yang luar biasa harganya.